Dinas Pertanian (Distan) Maluku Utara (Malut) memprogramkan perbaikan penanganan pascapanen kelapa untuk meningkatkan pendapatan para petani kelapa yang belakangan ini mengalami kemerosotan akibat anjloknya harga kopra di pasaran.

"Program perbaikan penanganan pascapanen kelapa itu di antaranya diimplementasikan dalam bentuk bimbingan para petani untuk beralih dari memproduksi kopra hitam menjadi kopra putih," kata Kepala Distan Malut Idham Umasangaji di Ternate, Kamis.

Kopra putih adalah kopra yang proses pengeringannya memanfaatkan panas sinar matahari, sedangkan kopra hitam adalah kopra yang pengeringannya menggunakan proses pengasapan, seperti yang selama ini dilakukan para petani kelapa di Malut.

Menurut dia, kopra putih dewasa ini banyak diminati industri yang memanfaatkan bahan baku kopra, baik dalam maupun luar negeri, bahkan sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia, seperti India kini hanya membutuhkan kopra putih.

Selain itu, kopra putih harganya di pasaran antarpulau cukup mahal, di Surabaya misalnya saat ini mencapai Rp8.000/Kg, jauh diatas harga kopra hitam yang hanya Rp5.000/kg.

Pembuatan kopra putih, menurut Idham Umasangaji, kini mulai dilakukan para petani di Kabupaten Halmahera Utara dan diharapkan diikuti pula oleh petani kelapa di kabupaten lainnya di Malut agar mereka bisa menikmati harga penjualan kopra yang lebih tinggi.

Para petani kelapa di Malut selama ini lebih memilih memproduksi kopra hitam karena prosesnya pengeringannya lebih cepat yakni hanya sekitar 24 jam, sedangkan kopra putih membutuhkan waktu pengeringan minimal tiga hari dan itu pun kalau ada sinar matahari.

Ia menambahkan, dalam program perbaikan penanganan pascapanen kelapa juga mengarahkan para petani untuk memanfaatkan semua produk turunan dari kelapa selain kopra, seperti sabut, tempurung dan air kelapa, karena semuanya bisa diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi.

Para petani kelapa diarahkan pula untuk melakukan peremajaan terhadap tanaman yang berusia tua, karena tanaman kelapa seperti itu selain produksinya semakin menurun, juga untuk pemetikan buahnya membutuhkan biaya yang mahal.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019