Pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan KBRI Brussel menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial di antaranya dengan mengajak tuna wisma yang ada di Brussel makan siang bersama ala Indonesia bertempat di Salvation Army di Kota Brussel.
Sekretaris Pertama Fungsi Konsuler KBRI Brussel, Dara Yusilawati, dalam keterangan kepada Antara London, Rabu, menyebutkan kegiatan makan siang bersama tuna wisma di Brussel diadakan atas kerja sama Dharma Wanita Persatuan KBRI Brussel, The Salvation Army dan Serve the City, keduanya merupakan organisasi nirlaba yang banyak membantu para tuna wisma di Brussel.
Jollys, salah seorang ibu tuna wisma dengan empat anak menikmati sajian yang disiapkan berupa nasi goreng, sate ayam, dengan kerupuk dan sayur-sayuran, dilengkapi pastel sebagai makanan pembuka dan puding sebagai penutup. Bagi Jollys ini makan siang seperti layaknya makan di restoran.
Tanpa malu-malu, Jollys kembali mengantri untuk menambah makanan. Selain Jollys, lebih dari 75 orang tuna wisma datang dan menikmati sajian ala Indonesia ini. Bagi mereka, acara ini lebih dari sekedar makan siang, mereka juga bercengkrama dan bergembira, dan tentunya berbicara mengenai makanan dan budaya Indonesia.
Ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Brussel, Sandra Thamrin mengatakan kegiatan seperti ini bukan hanya mendekatkan masyarakat dari kedua negara (people-to-people contact) dan memberikan manfaat langsung, tapi juga menjadi salah satu penyangga utama bagi kuatnya hubungan antar kedua negara.
Ditambah lagi, untuk yang muslim, kegiatan ini dapat menjadi tempat untuk menambah keberkahan, berbagi rejeki serta kebersamaan, kata Sandra Thamrin.
Belgia merupakan salah satu negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan RI pada 27 Desember 1949. Selanjutnya Indonesia dan Belgia membuka untuk pertama kali perwakilannya di Jakarta dan Brussel menandai dimulainya hubungan diplomatik keduanya.
Sebagai salah satu negara maju di Eropa Barat dan ibukota Uni Eropa beranggotakan 27 negara, kota Brussel tidak luput dari berbagai permasalahan perkotaan. Seperti juga Jakarta yang menjadi magnet bagi pengemis dan tuna wisma dari berbagai daerah.
Kota Brussel mengalami hal serupa, bahkan dengan jumlah yang jauh lebih banyak. Krisis migran, sulitnya akses untuk mendapatkan jaminan sosial (social security), biaya hidup yang tinggi, sewa rumah yang terus meningkat, serta sebagai destinasi turis cukup populer, menjadi beberapa penyebab yang berkontribusi atas tingginya jumlah tuna wisma di Brussel, yakni sekitar 2600 orang pada 2018.
Makan siang mungkin menjadi hal biasanya yang dilakukan setiap hari, namun tidak demikian halnya bagi para tuna wisma, setiap hari adalah perjuangan, dari terik matahari, dari dinginnya udara dan angin, dan tentunya dari rasa lapar.
Memenuhi panggilan nurani untuk membantu sesama, setiap tahun sejak 2016, sebagian warga Negara Indonesia, khususnya perempuan yang tinggal di Brussel tergabung dalam Dharma Wanita Persatuan KBRI Brussel mengadakan makan siang bersama tuna wisma.*
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019