Kepala Instalasi Pengelolaan Sampah Terpadu (IPST) di Dusun Toisapu, Desa Hutumury, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Isak Batjeran, mengakui pihaknya masih mengalami kerugian dari hasil pengelolaan sampah plastik sejak delapan bulan lalu. "Sebanyak 90 persen hasil penjualan sampah plastik yang dihasilkan IPST Toisapu yaitu 11 ton diambil pihak ketiga yang dipercayakan untuk menanganinya," ujar Batjeran. Ia mengakui, sampah plastik yang dijual ke Surabaya, Jawa Timur itu merupakan hasil cacahan selama tiga bulan yakni Januari-Maret 2010, dengan hasil penjualan sebesar Rp118 juta, di mana pihak ketiga yakni UD. Lesuli mengambil Rp100 juta, sedangkan sisanya Rp18 juta diberikan kepada pengelola IPST. Batjeran mengatakan, pihaknya mengeluarkan modal sebesar Rp20 juta untuk membeli peralatan yang digunakan 60 karyawan pencacah sampah yang dipekerjakan perusahaan tersebut, namun hal itu tidak dipersoalkan karena sistem bagi hasil penjualannya belum diatur dalam bentuk kontrak. "Kami memang belum menandatangani dan penyepakati sistem bagi hasil penjualan sampah plastik yang ditangani perusahaan tersebut dan yang baru dilakukan adalah perpanjangan kontrak kerja sama terhitung September 2010 lalu," katanya. Dia menyayangkan adanya ancaman pemutusan hubungan kerja dengan IPST yang disampaikan pimpinan UD Lesuli, Musa Totawano saat menghadiri rapat dengar pendapat dengan DPRD Kota Ambon, Rabu (29/9), dengan alasan merasa dirugikan. "Ancamannya baru disampaikan saat rapat dengar pendapat dengan DPRD Kota Ambon dan secara resmi belum kami terima," tegasnya. Batjeran menilai wajar sekiranya pihak UD. Lesuli menanggung biaya transpor pengiriman biji plastik ke Surabaya maupun makan para karyawan karena itu menjadi tanggungjawab pihak ketiga. "Jadi sekiranya UD Lesuli mengancam memutuskan hubungan kerja dengan alasan rugi, maka hal itu dinilai kurang bertangggung jawab karena Pemkot Ambon yang membeli bahan baku dan 90 persen pendapatan dinikmati pihak ketiga," ujar Batjeran. Dia mengakui, pihaknya saat ini juga sedang menjajaki pemasaran 22 ton kompos yang dihasilkan di IPST Toisapu selama enam bulan terakhir ke luar daerah. Baltjeran optimistis kompos yang dihasilkan pada IPST tersebut memiliki kualitas baik dan bisa bersaing di pasaran. "Kompos yang akan dijual ke luar daerah ini dikemas dalam bentuk menarik dan diharapkan bisa bersaing dengan produk lain," ujarnya. Baltjeran mengakui, pihaknya bekerja sama dengan CV. Amqas yang bergelut di bidang jual beli tanaman dan obat-obatan di Ambon untuk memproduksi kompos tersebut. "Perusahaan ini yang mengelola produksi dan pemasaran kompos ke luar Ambon dan kami hanya melakukan pengawasan," kata Baltjeran. Ia mengakui, IPST telah menunjukan kinerja maksimal dan profesional dengan menghasilkan sampah untuk daur ulang, namun tidak mengabaikan fungsinya sebagai pusat instalasi pengolahan sampah. "IPST bukan hanya untuk mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang berguna tetapi juga berfungsi sebagai tempat untuk memilah sampah yang ditampung pada kolam penampungan agar tidak penuh dan dapat dimanfaatkan kembali terutama menghasilkan produksi daur ulang," ujarnya.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010