Frekuensi kapal pengangkut kebutuhan pokok dari Surabaya, Jawa Timur ke Ternate, Maluku Utara yang biasanya delapan kali sebulan, pada Bulan Ramadhan ini ditambah menjadi 10 kali untuk mencegah kelangkaan stok.
"Pihak Pelindo Ternate dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Ternate sudah menyampaikan kepastian penambahan frekuensi kapal pengangkut kebutuhan pokok itu," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan (Disperindag) Maluku Utara, Asrul Gailea di Ternate, Kamis.
Adanya penambahan frekuensi kapal diharapkan kebutuhan pokok selama Ramadhan tidak mengalami kelangkaan, apalagi pasokan dari Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan juga dipastikan lancar.
Menurut dia, sebagian besar kebutuhan pokok untuk konsumsi masyarakat di Maluku Utara selama ini harus didatangkan dari provinsi lain terutama Jawa Timur, Sulawesi Selatan ,dan Sulawesi Utara, karena produksi di provinsi tersebut sangat terbatas.
Akibatnya jika terjadi keterlambatan pasokan dari daerah itu, misalnya kapal pengangkut mengalami kerusakan atau ada kendala cuaca buruk, stok pangan di Maluku Utara mengalami kelangkaan yang berdampak pada lonjakan harga.
Untuk kebutuhan pokok tertentu seperti beras, gula pasir, dan minyak goreng, kata Asrul Gailea, tidak terlalu menjadi masalah karena distributor bisa mendatangkan dalam jumlah besar setiap adanya kapal masuk, tetapi untuk komoditas yang tidak bertahan lama, seperti bawang dan cabai tidak dapat dilakukan seperti itu.
Para distributor tidak berani mendatangkan bawang atau cabai dalam jumlah besar karena khawatir akan rusak jika tidak cepat terserap di pasar. Untuk itu perlu diupayakan adanya fasilitas penampungan khusus yang memungkinkan bawang atau cabai bisa bertahan lama.
Ia menambahkan pemerintah provinsi dan seluruh pemerintah kabupten/kota di Maluku Utara kini terus mengupayakan pengembangan berbagai komoditas kebutuhan pokok dengan memanfaatkan potensi lahan yang ada di setiap kabupaten/kota agar tidak selalu mengandalkan pasokan dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
Upaya itu mulai menunjukan hasil, seperti untuk beras, saat ini sudah bisa menghasilkan sedikitnya 50.000 ton per tahun dari kebutuhan sekitar 130.000 ton per tahun. Bahkan khusus untuk daging sapi sejak beberapa tahun terakhir sudah swasembada.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
"Pihak Pelindo Ternate dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Ternate sudah menyampaikan kepastian penambahan frekuensi kapal pengangkut kebutuhan pokok itu," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan (Disperindag) Maluku Utara, Asrul Gailea di Ternate, Kamis.
Adanya penambahan frekuensi kapal diharapkan kebutuhan pokok selama Ramadhan tidak mengalami kelangkaan, apalagi pasokan dari Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan juga dipastikan lancar.
Menurut dia, sebagian besar kebutuhan pokok untuk konsumsi masyarakat di Maluku Utara selama ini harus didatangkan dari provinsi lain terutama Jawa Timur, Sulawesi Selatan ,dan Sulawesi Utara, karena produksi di provinsi tersebut sangat terbatas.
Akibatnya jika terjadi keterlambatan pasokan dari daerah itu, misalnya kapal pengangkut mengalami kerusakan atau ada kendala cuaca buruk, stok pangan di Maluku Utara mengalami kelangkaan yang berdampak pada lonjakan harga.
Untuk kebutuhan pokok tertentu seperti beras, gula pasir, dan minyak goreng, kata Asrul Gailea, tidak terlalu menjadi masalah karena distributor bisa mendatangkan dalam jumlah besar setiap adanya kapal masuk, tetapi untuk komoditas yang tidak bertahan lama, seperti bawang dan cabai tidak dapat dilakukan seperti itu.
Para distributor tidak berani mendatangkan bawang atau cabai dalam jumlah besar karena khawatir akan rusak jika tidak cepat terserap di pasar. Untuk itu perlu diupayakan adanya fasilitas penampungan khusus yang memungkinkan bawang atau cabai bisa bertahan lama.
Ia menambahkan pemerintah provinsi dan seluruh pemerintah kabupten/kota di Maluku Utara kini terus mengupayakan pengembangan berbagai komoditas kebutuhan pokok dengan memanfaatkan potensi lahan yang ada di setiap kabupaten/kota agar tidak selalu mengandalkan pasokan dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
Upaya itu mulai menunjukan hasil, seperti untuk beras, saat ini sudah bisa menghasilkan sedikitnya 50.000 ton per tahun dari kebutuhan sekitar 130.000 ton per tahun. Bahkan khusus untuk daging sapi sejak beberapa tahun terakhir sudah swasembada.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019