Kehadiran Brigadir Bastian Tuhuteru, penyandang predikat polisi teladan nasional 2019 di Dusun Walafau, Desa Wamkana, Kabupaten Buru Selatan, Maluku sejak tahun 2016 lalu awalnya kurang mendapat respons positif warga setempat.

Masyarakat pedalamam Buru Selatan itu memang masih bersikap tertutup terhadap pengaruh luar, sehingga setiap orang asing yang berkunjung juga selalu dicurigai.

Waktu pertama masuk dusun, warga keberatan karena mereka mengira Bripka Bastian ingin menyebarkan paham atau agama tertentu kepada masyarakat.

"Kepada warga dusun disampaikan kalau saya ini bukan polisi Islam atau Kristen, tetapi saya adalah Polisi Merah-Putih dan merupakan bapak dari kalian (warga dusun) baru mereka mau membuka diri," kata Bastian di Ambon, Minggu.

Anak-anak dusun juga merasa takut dan lari karena pikirnya ada polisi yang jauh-jauh datang ke dusun mereka, untuk apa?

Namun Bripka Bastian yang hadir dengan humanisnya melakukan pendekatan terhadap anak-anak, memberikan permen hingga mengajak naik sepeda motor dan keliling dusun dan mandi bersama di sungai membuat mereka jadi dekat.

"Tujuan saya hanyalah satu, menjadikan anak-anak bangsa yang ada di wilayah pedalaman ini bisa mengenal huruf dan berhitung sebab hampir 74 tahun Indonesia merdeka, tidak ada satu pun bangunan sekolah di dusun itu," katanya.

Dia mengaku melihat ada banyak anak usia sekolah antara 10 hingga 17 tahun di pedalaman Pulau Buru yang tidak dapat membaca dan menulis, kondisi geografis daerah yang terpencil dan terisolasi, hingga masalah akses dan kemiskinan.

Jadi intinya masalah pendidikan di daerah itu tidak tersentuh sama sekali, salah satunya di Dusun Walafau, Desa Wamkana di Kabupaten Buru Selatan.

Sejak awal  2016 lalu, Bripka Bastian memasuk wilayah dusun tersebut dan meihat kondisi riil anak-anak setempat yang memang sangat menyedihkan karena tidak ada sarana pendidikan dan anak-anak harus jalan kaki sekitar 20 Km ke kampung lain baru bisa bersekolah.

Kondisi medannya pun tidak perlu ditanyakan, sebab jarak 20 Km itu harus melalui jalan setapak dalam hutan dan menyeberangi beberapa sungai, itu pun kalau tidak hujan dan terjadi banjir.

Bripka Bastian akhirnya membuka sebuah sekolah darurat dan merangkul lebih dari 30 anak Dusun Walafau untuk diajarkan mengenal huruf dan berhitung.

Dua tahun mengajar anak-anak pedalaman, baru ada perhatian pemerintah daerah untuk membuka sekolah dasar secara resmi, walau pun baru satu kelas.

Bahkan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Buru Selatan sudah menempatkan satu orang guru tetap dan merangkap sebagai kepala sekolah mulai  2018 lalu.

Bangunan sekolahnya juga masih sederhana karena berdinding papan, dan Bripka Bastian masih pergi ke dusun tersebut untuk membantu kepala sekolah memberikan pelajaran bagi para siswa.

Awal membuka sekolah, Bripka Bastian dalam seminggu bisa empat sampai lima kali untuk mengajar, dan sekarang sekitar satu hingga dua kali karena sudah ada guru tetap di sana.

"Tugas pokok sebagai anggota Polri tetap dijalankan, nantinya kalau lepas piket baru ada waktu luang untuk pergi mengajar para siswa," katanya.

Dia mengaku keberhasilan ini karena adanya dukungan isteri, pimpinan unit kesatuan, Kapolres, hingga Kapolda yang memberikan penghargaan dan bisa meraih prestasi anggota Polri teladan 2019 tingkat nasional serta menerima penghargaan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.

Brigadir Bastian juga berharap semoga akan ada polisi-polisi lain yang mengukir prestasi lebih baik dari dirinya, dan haruslah berpikir dan berbuat berdasarkan situasi di masyarakat seperti apa.

Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol Moh. Roem Ohoirat menjelaskan, atas dedikasi dan pengabdian serta motivasi Brigadir Bastian yang mencerdaskan anak-anak bangsa di wilayah pedalaman ini, Kapolda Maluku Irjen Pol Royke Lumowa memberikan penghargaan kepada dirinya.

"Bripka Bastian mengharumkan nama baik Polda Maluku dan mengalahkan 68 peserta lainnya dari seluruh polda di Indonesia pada pemilihan Polisi Teladan 2019 di Jakarta," tandasnya.

Lulusan Sekolah Bintara Polri SPN Paso Polda Maluku pada tahun 2005 itu awalnya ditempatkan di Ditsabhara Polda.

Ketika bertugas di Dit Sabhara, ia menyambi kuliah di Universitas Patimura (Unpatti) Ambon pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Politik jurusan Bimbingan Konseling dan lulus dan mendapat gelar Sarjana Pendidikan (SPd) pada  2012.

Pada  2015, Bastian dimutasi ke Polres Buru dan ditempatkan di Polsek Namrole dengan jabatan Ps Kanit Bimas.

"Dengan jabatan tersebut, Bripka Bastian berkunjung ke desa-desa terpencil di Pulau Buru di antaranya ke Dusun Walafau, Desa Wamkana," ujar Kabid Humas.

Melihat perkembangan pendidikan di desa tersebut Bastian merasa prihatin sehingga dengan berbekal ilmu yang didapatkan, dia kemudian mengabdikan diri sebagai seorang pengajar di dusun itu namun tidak mengesampingkan tupoksinya sebagai seorang anggota Polri.

Atas dedikasi dan pengabdiannya, Bastian mendapat penghargaan dari Kapolda Maluku Irjen Pol Royke Lumowa pada 18 Maret 2019, kemudian dikirim untuk mewakili Polda Maluku pada seleksi Polisi Teladan tingkat nasional di Jakarta dan bersaing dengan 68 anggota Polri lainnya.

Dari hasil seleksi tersebut, Bripka Bastian Tuhuteru terpilih sebagai juara pertama Polisi Teladan Indonesia  2019 dan menerima penghargaan langsung dari Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dalam acara Musrenbang Polri yang berlangsung pada Rabu (12/6).

Dia mendapatkan penghargaan Kapolri berupa piagam penghargaan, sejumlah uang, dan juga mendapatkan kesempatan ikut langsung di dalam pendidikan perwira tahun 2020.


Tim kepresidenan

Kabid Humas mengatakan, anggota Polda Maluku lainnya yang pernah mendapatkan prestasi terbaik pada  2017 adalah Brigadir Arthur Hurulean saat bertugas di Polres Maluku Tenggara.

"Pangkatnya saat itu masih brigadir, tetapi dia mendapatkan penghargaan berupa makan bersama Presiden RI bapak Jokowi di istana negara karena kinerja dan prestasinya dinilai langsung oleh tim kepresidenan," jelas Kabid Humas.

Saat itu ada tim Kepresidenan yang sementara melaksanakan tugas di Kabupaten Maluku Tenggara dan menemukan Brigadir Arthur dengan program pembinaan anak remaja sehingga diundang makan bersama kepala negara di istana Presiden.

"Inilah salah satu protret polisi yang bekerja dengan hati tanpa mengharapkan adanya pujian atau imbalan apa pun untuk membina masyarakat," akui Kabid Humas.

Prestasi Arthur Hurulean yang saat ini sudah berpangkat Iptu dan bertugas di Satbrimob Polda Maluku adalah membuat perpustakaan keliling dan mengajar anak-anak di pasar untuk belajar.

Ide mengumpulkan berbagai buku-buku bekas untuk diberikan kepada anak-anak karena sepulang sekolah, mereka setiap hari parkir di terminal menunggu mobil angkot untuk pulang ke rumahnya yang jauh dari kota.

"Di saat seperti inilah sering terjadi tawuran antara anak-anak sekolah sehingga saya merangkul mereka untuk membuat hal yang positif di waktu senggang dengan meningkatkan minat baca," ujar Arthur yang saat itu bertugas sebagai Bhabinkamtibmas.

Tujuannya membuat anak-anak sekolah ini lebih disiplin dan menghargai waktu luang untuk belajar agar tidak terjadi perkelahian di antara mereka di terminal.

Bila sudah terjadi perkelahian antarsiswa, bahayanya bisa merambat ke perkelahian antarkampung dan akan berimplikasi terhadap maalah gangguan kamtibmas, sehingga perlu dilakukan pencegahan sejak dini dengan membuat anak-anak remaja ini sibuk belajar dan berpikir positif.

"Setidaknya kita bisa meminimalisir kerawanan di tempat keramaian seperti pasar dan terminal yang diakibatkan perkelahian antarsiswa," kata Arthur.




 

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019