Sanggar Seni Luleba akan menggelar Festival Suling Bambu antar pelajar Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kota Ambon.
Festival Suling Bambu itu akan digelar 26 Agustus 2019 di Taman Budaya Ambon, kata Ketua Sanggar Luleba, Wilhelmina Tetelepta di Ambon, Jumat.
"Jumlah peserta yang telah mendaftar untuk mengikuti lomba ini sebanyak 73 peserta yang mana setiap grup terdiri dari 21 orang yakni 20 peniup suling dan satu dirigen," katanya.
Ia mengatakan, festival itu digelar sebagai upaya melestarikan musik tradisional yang dulu berkembang tetapi saat ini hampir punah.
"Selain itu bentuk dukungan bagi Ambon sebagai kota musik. Prinsipnya kita ingin membuat sesuatu yang berbeda sebagai bentuk dukungan bagi pemerintah," katanya.
Wilhelmina menjelaskan, Luleba merupakan sangar seni musik maupun tarian tradisional dan modern yang didirikan sejak tahun 2009.
Sejak awal sanggar dibentuk, pihaknya bergerak sendiri dan seiring berjalannya waktu sanggar itu mendapat perhatian dari pemerintah.
"Kita merasa harus buat sesuatu bagi kota ini, karena kita sudah cukup banyak mendapat fasilitasi dari pemerintah," ujarnya.
Diakuinya, melalui kegiatan ini Sanggar Luleba akan memberikan rekomendasi bagi Pemkot Ambon untuk menerapkan pendidikan seni budaya khususnya suling bambu menjadi muatan lokal.
"Kita berharap pemerintah juga bisa melihat musik suling bambu sebagai musik tradisional yang dapat dijadikan muatan lokal di sekolah," tandasnya.
Ia menambahkan, musik bambu juga telah menjadi musik pemersatu dua komunitas di Maluku, di komunitas Muslim terkenal dengan musik sawat, sedangkan di komunitas Kristen menjadi musik pengantar ibadah gereja.
"Keberadaan alat musik ini menjadi alat perdamaian sehingga perlu diangkat terutama di sekolah," kata Wilhelmina.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Festival Suling Bambu itu akan digelar 26 Agustus 2019 di Taman Budaya Ambon, kata Ketua Sanggar Luleba, Wilhelmina Tetelepta di Ambon, Jumat.
"Jumlah peserta yang telah mendaftar untuk mengikuti lomba ini sebanyak 73 peserta yang mana setiap grup terdiri dari 21 orang yakni 20 peniup suling dan satu dirigen," katanya.
Ia mengatakan, festival itu digelar sebagai upaya melestarikan musik tradisional yang dulu berkembang tetapi saat ini hampir punah.
"Selain itu bentuk dukungan bagi Ambon sebagai kota musik. Prinsipnya kita ingin membuat sesuatu yang berbeda sebagai bentuk dukungan bagi pemerintah," katanya.
Wilhelmina menjelaskan, Luleba merupakan sangar seni musik maupun tarian tradisional dan modern yang didirikan sejak tahun 2009.
Sejak awal sanggar dibentuk, pihaknya bergerak sendiri dan seiring berjalannya waktu sanggar itu mendapat perhatian dari pemerintah.
"Kita merasa harus buat sesuatu bagi kota ini, karena kita sudah cukup banyak mendapat fasilitasi dari pemerintah," ujarnya.
Diakuinya, melalui kegiatan ini Sanggar Luleba akan memberikan rekomendasi bagi Pemkot Ambon untuk menerapkan pendidikan seni budaya khususnya suling bambu menjadi muatan lokal.
"Kita berharap pemerintah juga bisa melihat musik suling bambu sebagai musik tradisional yang dapat dijadikan muatan lokal di sekolah," tandasnya.
Ia menambahkan, musik bambu juga telah menjadi musik pemersatu dua komunitas di Maluku, di komunitas Muslim terkenal dengan musik sawat, sedangkan di komunitas Kristen menjadi musik pengantar ibadah gereja.
"Keberadaan alat musik ini menjadi alat perdamaian sehingga perlu diangkat terutama di sekolah," kata Wilhelmina.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019