Warga korban gempa di 38 desa di Kabupaten Halmahera Selatan(Halsel), Maluku Utara (Malut) yang tinggal di tenda pengungsian mendesak Pemkab setempat segera mempercepat pembangunan hunian sementara (Huntara).
"Di tenda pengungsian kami memang tidak kekurangan bahan makanan, tetapi kami harapkan huntara segera dibangun agar kami bisa pindah dari tenda pengungsian ini," kata salah seorang warga korban gempa di Desa Sekli, Kecamatan Gane Barat, Ishak ketika dihubungi dari Ternate, Minggu.
Warga korban gempa yang tinggal di tenda pengungsian di 38 desa di Halmahera Selatan pascagempa berkekuatan magnitudo 7,2 mengguncang daerah itu pada pertengahan Juli 2019 dan lebih dari 20 ribu orang mengungsi, karena rumah mereka telah hancur akibat guncangan gempa itu.
Ia mengharapkan, huntara yang akan dibangun pemkab berukuran agak besar agar bisa menampung seluruh anggota keluarga, selain itu menggunakan material yang bisa bertahan lama.
Pengerjaan huntara itu sebaiknya melibatkan warga korban gempa agar bisa menjadi sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena pascaterjadi gempa banyak warga yang tidak lagi kerja.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Halmahera Selatan, Helmy Surya Batutihe memastikan pembangunan huntara bagi warga korban gempa di 38 desa di daerah itu akan dimulai paling lambat bulan Oktober 2019 dan ditargetkan bulan Desember 2019 sudah bisa ditinggali.
Jumlah huntara yang akan dibangun sebanyak 1.201 unit dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti listrik dan MCK yang keseluruhan anggarannya dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Ia menambahkan, selama warga korban gempa di 38 desa itu masih berada di tenda pengungsian pemkab akan terus menyalurkan bantuan bahan makanan, selain itu juga tetap menempatkan petugas kesehatan di setiap lokasi pengungsian.
Selain huntara pemkab juga akan segera membangun berbagai fasilias umum yang rusak akibat gempa Juli lalu, seperti gedung sekolah dan puskesmas, termasuk sejumlah dermaga dan jembatan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
"Di tenda pengungsian kami memang tidak kekurangan bahan makanan, tetapi kami harapkan huntara segera dibangun agar kami bisa pindah dari tenda pengungsian ini," kata salah seorang warga korban gempa di Desa Sekli, Kecamatan Gane Barat, Ishak ketika dihubungi dari Ternate, Minggu.
Warga korban gempa yang tinggal di tenda pengungsian di 38 desa di Halmahera Selatan pascagempa berkekuatan magnitudo 7,2 mengguncang daerah itu pada pertengahan Juli 2019 dan lebih dari 20 ribu orang mengungsi, karena rumah mereka telah hancur akibat guncangan gempa itu.
Ia mengharapkan, huntara yang akan dibangun pemkab berukuran agak besar agar bisa menampung seluruh anggota keluarga, selain itu menggunakan material yang bisa bertahan lama.
Pengerjaan huntara itu sebaiknya melibatkan warga korban gempa agar bisa menjadi sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena pascaterjadi gempa banyak warga yang tidak lagi kerja.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Halmahera Selatan, Helmy Surya Batutihe memastikan pembangunan huntara bagi warga korban gempa di 38 desa di daerah itu akan dimulai paling lambat bulan Oktober 2019 dan ditargetkan bulan Desember 2019 sudah bisa ditinggali.
Jumlah huntara yang akan dibangun sebanyak 1.201 unit dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti listrik dan MCK yang keseluruhan anggarannya dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Ia menambahkan, selama warga korban gempa di 38 desa itu masih berada di tenda pengungsian pemkab akan terus menyalurkan bantuan bahan makanan, selain itu juga tetap menempatkan petugas kesehatan di setiap lokasi pengungsian.
Selain huntara pemkab juga akan segera membangun berbagai fasilias umum yang rusak akibat gempa Juli lalu, seperti gedung sekolah dan puskesmas, termasuk sejumlah dermaga dan jembatan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019