Upaya masyarakat untuk menanamkam pohon bakau atau mangrove sebagai pelindung di sepanjang pesisir pantai desa Morela, Kecamatan Leihitu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah tidak membuahkan hasil.

"Sejak beberapa tahun lalu kita sudah pernah melakukan penanaman dengan mendatangkan anakan bakau dari desa-desa tetangga seperti Passo, Kecamatan Baguala, Kota Ambon. Namun, jenis tanaman ini sulit tumbuh di pantai Morela," kata Sekretaris Desa Morela, Abdulkadir Latukau di Ambon, Sabtu.

Letak Desa Morela yang berhadapan langsung dengan ujung Pulau Seram di bagian barat juga merupakan wilayah terkena dampak gempa tektonik dengan magnitudo 6,8 pada Kamis, (26/9) 2019 pukul 18:46:45 WIT kemarin.

Menurut dia, bila terjadi pasang surut di pantai Morela maka jaraknya bisa mencapai 200 meter lebih dan merupakan lahan kosong yang tidak ada pepohonan.

"Makanya kami pernah mencoba menanam anakan bakau dengan harapan akan tumbuh dan menjadi pelindung sekaligus menjadi habitat aneka jenis ikan untuk berkembang," jelas Abdulkadir saat bersama warga menerima bantuan tanggap darurat korban gempa Ambon dari LKBN Antara Biro Maluku.

Namun sayangnya upaya penanaman bakau ini tidak membuahkan hasil karena anakan bakaunya mati.

Sehingga saat terjadi gempa bumi tektonik awal dan masih diikuti gempa susulan lebih dari 1.000 kali saat ini, warga Morela tetap masih memilih mengungsi di dataran yang lebih tinggi.

"Kalau siang hari warga yang terutama rumah mereka tidak mengalami kerusakan kembali ke dalam desa untuk melakukan aktivitas namun menjelang malam, semuanya kembali ke hutan gunung," ujar Abdulkadir.

Apalagi di daerah Morela dan sekitarnya tidak ada eraly warning system atau peringatan dini tsunami ketika terjadi gempa bumi tektonik berskala besar, sehingga warga selalu waspada menyelamatkan diri


 

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019