Kwartir Gerakan Pramuka Ranting Pulau Haruku menyalurkan bantuan tanggap darurat kepada para pengungsi yang terdampak gempa tektonik magnitudo 6,5 di Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Selasa.
Bantuan berupa perlengkapan bayi dan balita seperti popok, susu, biskuit, minyak kayu putih, minyak telon dan perlak bayi, serta selimut dibagikan kepada pengungsi yang tersebar di berbagai lokasi pengungsian di Desa Kailolo, Kabauw, Rohomoni, Haruku-Sameth dan Pelauw.
Sekretaris Kwartir Gerakan Pramuka Ranting Pulau Haruku Arjun Latuconsina mengatakan penyaluran bantuan kepada pengungsi sudah mulai dilaksanakan sejak 5 Oktober 2019, dan masih akan terus berlanjut ke desa-desa lainnya yang terdampak bencana.
Bantuan yang disalurkan lebih banyak untuk kebutuhan bayi dan balita, karena jumlah pengungsi dengan usia tersebut terbilang banyak, sehingga tingkat kebutuhan para pengungsian juga cukup tinggi.
Menurut data jumlah bayi dan balita berusia antara nol hingga lima tahun di Kecamatan Pulau Haruku yang masih berada di lokasi pengungsian sebanyak 1.738 jiwa, terbanyak berada di Desa Rohomoni dengan jumlah jiwa mencapai 369 orang.
"Kalau pengungsi dewasa masih bisa bergerak untuk mencari kebutuhan mereka, tidak demikian untuk bayi dan balita, mereka juga lebih rentan, mudah terserang sakit, sehingga harus mendapatkan lebih banyak perhatian," ucapnya.
Ia mengatakan aktivitas membantu pengungsi sudah mulai dilakukan dua hari pascagempa bumi magnitudo 6,5 mengguncang Pulau Haruku dan sekitarnya, dengan membangun posko-posko tanggap darurat bencana dan menurunkan para anggota pramuka untuk menjadi relawan di berbagai lokasi pengungsian.
Posko-posko tanggap darurat yang dibangun di Desa Pelauw, Kailolo, Kabauw, Rohomoni, Haruku-Sameth, Oma dan Aboru juga para relawan akan terus disiagakan hingga seluruh pengungsi dipastikan kembali ke rumah masing-masing.
"Posko induk kami di Desa Pelauw. Status tanggap darurat akan dicabut oleh pemerintah kabupaten pada 16 Oktober nanti, tapi kami masih tetap disiagakan sampai situasi benar-benar pulih dan para pengungsi bisa kembali ke rumah mereka," kata Arjun.
Selain memberikan bantuan langsung, Kwartir Gerakan Pramuka Ranting Pulau Haruku juga melaksanakan berbagai aktivitas kemanusiaan terkait pemulihan trauma anak-anak korban gempa.
Kegiatan tersebut, kata Arjun dimaksudkan agar anak-anak bisa kembali merasa tenang dan bisa bermain seperti biasanya, tanpa mengkhawatirkan guncangan gempa yang membuat mereka harus terus bertahan di lokasi pengungsian.
"Kami masih terus melakukan kegiatan trauma healing kepada anak-anak, karena mereka masih panik dengan guncangan gempa, salah satunya seperti di SD Negeri 1 Oma, bangunan sekolah mereka rusak parah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Bantuan berupa perlengkapan bayi dan balita seperti popok, susu, biskuit, minyak kayu putih, minyak telon dan perlak bayi, serta selimut dibagikan kepada pengungsi yang tersebar di berbagai lokasi pengungsian di Desa Kailolo, Kabauw, Rohomoni, Haruku-Sameth dan Pelauw.
Sekretaris Kwartir Gerakan Pramuka Ranting Pulau Haruku Arjun Latuconsina mengatakan penyaluran bantuan kepada pengungsi sudah mulai dilaksanakan sejak 5 Oktober 2019, dan masih akan terus berlanjut ke desa-desa lainnya yang terdampak bencana.
Bantuan yang disalurkan lebih banyak untuk kebutuhan bayi dan balita, karena jumlah pengungsi dengan usia tersebut terbilang banyak, sehingga tingkat kebutuhan para pengungsian juga cukup tinggi.
Menurut data jumlah bayi dan balita berusia antara nol hingga lima tahun di Kecamatan Pulau Haruku yang masih berada di lokasi pengungsian sebanyak 1.738 jiwa, terbanyak berada di Desa Rohomoni dengan jumlah jiwa mencapai 369 orang.
"Kalau pengungsi dewasa masih bisa bergerak untuk mencari kebutuhan mereka, tidak demikian untuk bayi dan balita, mereka juga lebih rentan, mudah terserang sakit, sehingga harus mendapatkan lebih banyak perhatian," ucapnya.
Ia mengatakan aktivitas membantu pengungsi sudah mulai dilakukan dua hari pascagempa bumi magnitudo 6,5 mengguncang Pulau Haruku dan sekitarnya, dengan membangun posko-posko tanggap darurat bencana dan menurunkan para anggota pramuka untuk menjadi relawan di berbagai lokasi pengungsian.
Posko-posko tanggap darurat yang dibangun di Desa Pelauw, Kailolo, Kabauw, Rohomoni, Haruku-Sameth, Oma dan Aboru juga para relawan akan terus disiagakan hingga seluruh pengungsi dipastikan kembali ke rumah masing-masing.
"Posko induk kami di Desa Pelauw. Status tanggap darurat akan dicabut oleh pemerintah kabupaten pada 16 Oktober nanti, tapi kami masih tetap disiagakan sampai situasi benar-benar pulih dan para pengungsi bisa kembali ke rumah mereka," kata Arjun.
Selain memberikan bantuan langsung, Kwartir Gerakan Pramuka Ranting Pulau Haruku juga melaksanakan berbagai aktivitas kemanusiaan terkait pemulihan trauma anak-anak korban gempa.
Kegiatan tersebut, kata Arjun dimaksudkan agar anak-anak bisa kembali merasa tenang dan bisa bermain seperti biasanya, tanpa mengkhawatirkan guncangan gempa yang membuat mereka harus terus bertahan di lokasi pengungsian.
"Kami masih terus melakukan kegiatan trauma healing kepada anak-anak, karena mereka masih panik dengan guncangan gempa, salah satunya seperti di SD Negeri 1 Oma, bangunan sekolah mereka rusak parah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019