Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Masyarakat Desa (DP3ADM) Ambon Rulien Purmiasa menyatakan, program Outing Classroom Day (OCD) atau belajar di luar kelas merupakan bagian implementasi Sekolah Ramah Anak (SRA).

"Program belajar di luar kelas dilakukan untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak dan mencapai tujuan pendidikan melalui proses pembelajaran yang menyenangkan," katanya, Selasa.

Ia mengatakan, program ini belajar di luar kelas telah dimulai sejak tahun 2017 tetapi di kota Ambon dimulai tahun 2018 di satu sekolah, dan tahun 2019 dilakukan di seluruh sekolah SD dan SMP di kota Ambon yang telah deklarasi SRA.

Sekolah ramah anak merupakan konsep menjadikan sekolah lembaga yang ramah dan menyenangkan bagi anak untuk belajar mengajar.



"Selain itu SRA merupakan upaya untuk terus meningkatkan kualifikasi menuju SRA yang paripurna," katanya.

Setidaknya ada enam indikator mewujudkan SRA diantaranya, guru tidak boleh merokok dan membawa minuman keras (Miras) di area sekolah, tidak boleh ada kekerasan terhadap anak di sekolah, tersedianya kantin sehat serta klinik di sekolah.

Selain itu, sekolah berdekatan dengan rumah sakit atau Puskesmas rujukan. Beberapa indikator ini yang diatur untuk menjadikan sekolah ramah anak.

Kota Ambon kata Rulien di tahun 2019 menerima penghargaan Kota Layak Anak (KLA) tingkat pratama, artinya baru memenuhi 50 persen indikator kota yang layak anak.

"Kota Ambon baru penuhi 50 persen indikator KLA, kita harus kerja keras untuk wujudkan 50 persen dengan tetap merawat 50 persen yang telah dipenuhi sebelumnya, karena setiap tahun penilaian KLA dimulai dari zero untuk menginput data indikator," ujarnya.

Ia mengakui, hal ini terjadi di sejumlah kota klasifikasi turun yang sebelumnya meraih predikat pratama meningkat menjadi madya, bisa turun lagi ke pratama.

"Kita terus mewujudkan kota Ambon menjadi kota Ambon secara bertahap, jika tahun ini kita meraih pratama maka kita harus kerja keras untuk meraih madya," katanya.

Mewujudkan hal tersebut katanya, peran yang sudah dilakukan selama ini harus tetap dilakukan yakni memenuhi 50 persen indikator.

Selanjutnya memprioritaskan pada tiga segmen besar yang harus didorong perannya, yakni masyarakat, dunia usaha dan media untuk mewujudkan KLA.

"Di level pratama ini masih sangat minim peran tiga segmen tersebut, untuk naik tingkat peran tiga segmen ini harus didorong," tandasnya.
 

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019