Kontraktor pembangunan jembatan gantung Faer di Kota Tual mengaku lalai dalam pengerjaannya sehingga rangka jembatan tersebut ambruk.
Hal itu diungkapkan Anderias Rentanubun selaku kontraktor, ketika ditemui di lokasi pembangunan jembatan itu, Selasa.
"Sebenarnya kalau mau dibilang kelalaian maka ini kelalaian juga, karena yang seharusnya dipasang, namun tidak dipasang," katanya.
Menurut dia, sebenarnya tinggal satu bagian pada struktur jembatan akan tersambung, hanya memang dari pabrik yang pengadaan rangka yakni waeropnya pendek, sehingga harus menunggu waerop pengganti, dan sementara dipasang sleng.
Sleng itu untuk menahan sementara agar pekerjaan bisa jalan, tetapi putus dan menyebabkan ambruknya rangka jembatan.
"Karena mereka ingin kita cepat, maka kita kejar waktu, jadi penggunaan sleng dilakukan, dan hitungannya bisa, tetapi hitungan manusia di luar dugaa," kata Anderias.
Menurutnya, cuaca juga menjadi penyebab putusnya sleng yang kita pakai, dimana jembatan gantung ini goyang karena angin terutama pada musim barat sehingga terjadi gesekan akhirnya sleng itu putus.
"Terkait langkah yang akan diambil, pertama kita akan pakai drun untuk mengangkat rangkanya supaya jangan tenggelam, kemudian dilepas penggantungnya, sehingga waeropnya datang kita sudah bisa tarik sleng utamanya, setelah itu kita pakai takel untuk menarik rangkanya kembali naik dan pasang pada penggantungnya," kata Anderias.
Paling lambat dua minggu selesai ambruknya, dan pekerjaan dapat dilanjutkan kembali.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Tual Usman Tamnge yang berkesempatan meninjau jembatan tersebut kepada awak media menyampaikan, pemkot Tuak tidak mengharapkan kejadian seperti ini, tapi ini takdir dan cobaan.
"Kami pemerintah Kota Tual sangat menginginkan jembatan ini cepat selesai untuk mobilisasi masyarakat, tapi yang terjadi seperti ini, maka kita tidak bisa bikin apa-apa, dan tentunya kita semua tidak mau hal imi terjadi tapi faktanya ambruk", terang Usman.
Pihak pengerja sudah mengatakan akan mengangkat rangka jembatan yang amrbruk ini dengan cara mereka, nanti kita lihat kedepannya seperti apa.
Pemerintah menginginkan kalau bisa secepat mungkin, dan kita kembalikan ke upaya-upaya oleh pihak pemborong dalam menyelesaikannya dan harapan kita proyek ini cepat selesai dan dimanfaatkan oleh masyarakat terutama masyarakat Fair, tutup Usman.
Data Antara, perlu diketahui ambruknya rangka jembatan gantung Fair terjadi selasa sekitar pukul 14.00 WIT, dan tidak menimbulkan korban baik pengerja maupun warga disekitar lokasi jembatan.
Proyek pembangunan jembatan ini sendiri bersumber dari APBN tahun anggaran 2019 pada Balai Jalan Nasioanal dengan nama paket pembangunan jembatan gantung Wear Faer dengan nilai kontrak Rp, 6,285 miliar yang dilaksanakan oleh CV. Keramik Jaya dan konsultan pengawas PT. Yodya Karya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020
Hal itu diungkapkan Anderias Rentanubun selaku kontraktor, ketika ditemui di lokasi pembangunan jembatan itu, Selasa.
"Sebenarnya kalau mau dibilang kelalaian maka ini kelalaian juga, karena yang seharusnya dipasang, namun tidak dipasang," katanya.
Menurut dia, sebenarnya tinggal satu bagian pada struktur jembatan akan tersambung, hanya memang dari pabrik yang pengadaan rangka yakni waeropnya pendek, sehingga harus menunggu waerop pengganti, dan sementara dipasang sleng.
Sleng itu untuk menahan sementara agar pekerjaan bisa jalan, tetapi putus dan menyebabkan ambruknya rangka jembatan.
"Karena mereka ingin kita cepat, maka kita kejar waktu, jadi penggunaan sleng dilakukan, dan hitungannya bisa, tetapi hitungan manusia di luar dugaa," kata Anderias.
Menurutnya, cuaca juga menjadi penyebab putusnya sleng yang kita pakai, dimana jembatan gantung ini goyang karena angin terutama pada musim barat sehingga terjadi gesekan akhirnya sleng itu putus.
"Terkait langkah yang akan diambil, pertama kita akan pakai drun untuk mengangkat rangkanya supaya jangan tenggelam, kemudian dilepas penggantungnya, sehingga waeropnya datang kita sudah bisa tarik sleng utamanya, setelah itu kita pakai takel untuk menarik rangkanya kembali naik dan pasang pada penggantungnya," kata Anderias.
Paling lambat dua minggu selesai ambruknya, dan pekerjaan dapat dilanjutkan kembali.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Tual Usman Tamnge yang berkesempatan meninjau jembatan tersebut kepada awak media menyampaikan, pemkot Tuak tidak mengharapkan kejadian seperti ini, tapi ini takdir dan cobaan.
"Kami pemerintah Kota Tual sangat menginginkan jembatan ini cepat selesai untuk mobilisasi masyarakat, tapi yang terjadi seperti ini, maka kita tidak bisa bikin apa-apa, dan tentunya kita semua tidak mau hal imi terjadi tapi faktanya ambruk", terang Usman.
Pihak pengerja sudah mengatakan akan mengangkat rangka jembatan yang amrbruk ini dengan cara mereka, nanti kita lihat kedepannya seperti apa.
Pemerintah menginginkan kalau bisa secepat mungkin, dan kita kembalikan ke upaya-upaya oleh pihak pemborong dalam menyelesaikannya dan harapan kita proyek ini cepat selesai dan dimanfaatkan oleh masyarakat terutama masyarakat Fair, tutup Usman.
Data Antara, perlu diketahui ambruknya rangka jembatan gantung Fair terjadi selasa sekitar pukul 14.00 WIT, dan tidak menimbulkan korban baik pengerja maupun warga disekitar lokasi jembatan.
Proyek pembangunan jembatan ini sendiri bersumber dari APBN tahun anggaran 2019 pada Balai Jalan Nasioanal dengan nama paket pembangunan jembatan gantung Wear Faer dengan nilai kontrak Rp, 6,285 miliar yang dilaksanakan oleh CV. Keramik Jaya dan konsultan pengawas PT. Yodya Karya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020