Balai Arkeologi (Balar) Maluku mendata serta mendokumentasikan peninggalan benda arkeologis meriam kuno di negeri Tenga-Tenga, kecamatan Salahutu, kabupaten Maluku Tengah.

"Setelah melakukan tinjauan lapangan terkait informasi dari perangkat negeri Tenga-Tenga mengenai benda arkeologis berupa meriam kuno, kami menindaklanjuti dengan melakukan pendataan sekaligus dokumentasi," kata peneliti Balar Maluku, Karyamantha Surbakti, Kamis.

Menurut dia, pendataan dan pendokumentasian singkat terkait ukuran serta dimensional meriam, dilanjutkan dengan wawancara perwakilan desa setempat, bagaimana upaya masyarakat mengelola tinggalan meriam selama ini, serta perhatan dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah sejauh ini.

Meriam tersebut katanya,  menurut penjelasan masyarakat  diperoleh melalui pengangkatan dari bawah laut oleh penduduk  sekitar 1986 secara tradisional (lokalitasnya bernama tanjung meriam).

"Setelah pengangkatan temuan, meriam tersebut diletakan di negeri Tenga-Tenga, hingga terakhir berada di baileo desa setempat," katanya. 

Ia menjelaskan, meriam selama lebih dari 30 tahun setelah diambil keluar dari laut, memiliki habitat yang berbeda dibandingkan dahulu ketika masih tenggelam di dasar laut. 

Paparan sinar matahari, terpaan hujan dan uap garam dari tepi pantai akan memperparah keadaan korosif dan mempercepat pelapukan dari benda berbahan logam. 

Keadaan korosif ini disebabkan oleh tingkat oksidasi yang tinggi, karena bidang logam meriam kini sudah berinteraksi dengan molekul oksigen atau udara sekitar.

Setelah melalui proses rembuk dari elemen masyarakat setempat, mulai tetua adat, pemimpin agama, Pemerintah Kecamatan dan negeri, selanjutnya dilakukan pelaksanaan upacara adat untuk mengembalikan meriam ke dalam laut yang lokasinya di depan tanjung yang tidak jauh dari negeri, pada Rabu (22/1). 

"Hasil wawancara kesepakatan pihak desa yang menaruh meriam kembali ke laut, masyarakat beranggapan agar tidak terjadi kerusakan lebih parah pada meriam tersebut," katanya.

Balar Maluku lanjutnya, akan menindaklanjuti kajian yang lebih intensif, sehingga fenomena pengelolaan warisan budaya unik, sehingga bisa menjadi informasi tambahan dan memperkaya khasanah pembahasan culture resource management atau arkeologi publik di Maluku khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Demi kepentingan akademis, juga perlu diadakan penelitian terfokus ke daerah ini. Pemilihan tema dan aspek pembahasan yang komprehensif diharapkan akan memberikan kontribusi maksimal bagi usaha mengedarkan pengetahuan arkeologi kepada khalayak luas. 

Balar Maluku, kedepannya juga akan membangun komunikasi dan kerjasama dengan beragam pihak pemangku kepentingan dan stakeholder terkait.

"Tujuannya untuk menampung gagasan dan kebijakan yang diperlukan demi tergapainya cita-cita pelestarian dan pengelolaan yang ideal bagi segenap himpunan warisan budaya di Maluku," kata Karyamantha.

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020