Badan Ketahanan Pangan Provinsi  Maluku memasukkan data jumlah konsumsi sagu masyarakat setempat ke Badan Pusat Statistik untuk menurunkan tingkat rawan pangan di daerah tersebut. "Kami sudah memasukan catatan jumlah konsumsi sagu berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Sagu Maluku pada 2007 ke BPS untuk dianalisa kembali dan akan dimasukkan ke Maluku Dalam Angka 2011," kata Kepala BKP Maluku, Syuryadi Sabirin, Rabu. Ia mengatakan, hal tersebut sengaja dilakukan untuk menurunkan tingkat rawan pangan, terutama di empat kabupaten di Maluku, yakni  Buru, Buru Selatan, Seram Bagian Timur dan Kepulauan Aru yang terdaftar dalam Peta Daerah Rawan Pangan Nasional yang dikeluarkan oleh BKP RI pada 2009. "33 persen penduduk daerah ini makanan pokoknya sagu saja, sementara 50 persennya memakan sagu dan umbi-umbian, sedangkan hanya 17 persen yang mengkonsumsi beras dan rata-rata tinggal di daerah perkotaan dan pinggiran kota. Mungkin dengan adanya data ini BKP pusat juga akan merevisi kembali Peta Rawan Pangan Nasional," katanya. Sabirin mengatakan, diharpakan ke depannya BPS dan Dinas Pertanian di tiap Kabupaten di Maluku dapat memperbaiki kembali data jumlah pohon sagu yang siap panen atau baru bisa dipanen tahun depan, banyaknya produksi dan konsumsinya, serta luas lahan. "Yang sering terjadi di Maluku adalah krisis beras karena akses transportasi yang terhambat akibat cuaca buruk, bukan rawan pangan seperti yang diberitakan selama ini," katanya. Ia menambahkan, BKP Maluku juga telah melakukan pengkajian dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Maluku dan tim akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon mengenai keragaman pangan pokok masyarakat di tersebut. "Rata-Rata penduduk Maluku memiliki makanan pokok yang beraneka ragam, mulai dari sagu, umbi, biji-bijian dan lainnya," kata Syuryadi Sabirin.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010