Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Perwakilan Maluku mengimbau media massa tidak simpang siur memberitakan penanganan dan penanggulangan pandemi virus corona (COVID-19), agar tidak menimbulkan kepanikan masyarakat.
"Meskipun kerja dari rumah, teman-teman media tetap harus mengikuti etika jurnalistik dengan memperhatikan standar edukasi kepada masyarakat, sehingga informasi mengenai penanganan corona yang dirilis ke publik tidak simpang siur," kata Kepala Perwakilan Komnas HAM Maluku Benedictus Sarkol di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan perang terhadap COVID-19 menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk media massa yang dalam hal ini bertugas memberikan edukasi kepada masyarakat dengan menyajikan berita atau informasi yang terverifikasi, dan tidak menimbulkan masalah baru.
Karena kesalahan pemberitaan terkait pandemi corona, baik itu penanggulangannya maupun data jumlah pasien positif, pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pengawasan (ODP) dan angka kematian bisa menimbulkan keresahan, kepanikan dan ketakutan masyarakat.
Selain itu, juga menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja dan upaya pemerintah dalam antisipasi penyebaran, penanggulangan dan penanganan dampak virus tersebut.
Benedictus mencontohkan berita hoaks yang dirilis oleh salah satu media massa lokal, terkait kematian salah seorang pasien positif corona beberapa waktu lalu, telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.
"Masyarakat memang perlu informasi tapi bagaimana jika informasi yang disajikan itu keliru, tidak bisa tertanggung jawab, itu bisa menjadi masalah yang serius di masyarakat," ujarnya.
Dikatakannya lagi, media massa harus bisa membantu pemerintah membangun masyarakat yang sadar bahaya tapi siap dan kuat secara mental untuk bertahan.
Melalui pemberitaan yang lugas, terpercaya dan mendidik tanpa mengabaikan fakta di lapangan akan membantu menciptakan situasi yang positif di tengah perang melawan pandemi global.
"Ketahanan tubuh bukan dari hanya dari fisik, berupa asupan makan dan minum saja, tapi juga kejiwaan. Orang bisa down karena berita hoaks, jadi memberi motivasi jauh lebih penting," kata Benedictus.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020
"Meskipun kerja dari rumah, teman-teman media tetap harus mengikuti etika jurnalistik dengan memperhatikan standar edukasi kepada masyarakat, sehingga informasi mengenai penanganan corona yang dirilis ke publik tidak simpang siur," kata Kepala Perwakilan Komnas HAM Maluku Benedictus Sarkol di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan perang terhadap COVID-19 menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk media massa yang dalam hal ini bertugas memberikan edukasi kepada masyarakat dengan menyajikan berita atau informasi yang terverifikasi, dan tidak menimbulkan masalah baru.
Karena kesalahan pemberitaan terkait pandemi corona, baik itu penanggulangannya maupun data jumlah pasien positif, pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pengawasan (ODP) dan angka kematian bisa menimbulkan keresahan, kepanikan dan ketakutan masyarakat.
Selain itu, juga menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja dan upaya pemerintah dalam antisipasi penyebaran, penanggulangan dan penanganan dampak virus tersebut.
Benedictus mencontohkan berita hoaks yang dirilis oleh salah satu media massa lokal, terkait kematian salah seorang pasien positif corona beberapa waktu lalu, telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.
"Masyarakat memang perlu informasi tapi bagaimana jika informasi yang disajikan itu keliru, tidak bisa tertanggung jawab, itu bisa menjadi masalah yang serius di masyarakat," ujarnya.
Dikatakannya lagi, media massa harus bisa membantu pemerintah membangun masyarakat yang sadar bahaya tapi siap dan kuat secara mental untuk bertahan.
Melalui pemberitaan yang lugas, terpercaya dan mendidik tanpa mengabaikan fakta di lapangan akan membantu menciptakan situasi yang positif di tengah perang melawan pandemi global.
"Ketahanan tubuh bukan dari hanya dari fisik, berupa asupan makan dan minum saja, tapi juga kejiwaan. Orang bisa down karena berita hoaks, jadi memberi motivasi jauh lebih penting," kata Benedictus.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020