Ambon (ANTARA) - Penjabat Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena menyatakan sebanyak 20.910 keluarga yang tersebar di 50 desa dan kelurahan di Kota Ambon masuk kategori keluarga berisiko stunting.
"Dari 33.878 keluarga sasaran yang tersebar di 50 desa/kelurahan, terdapat 20.910 keluarga berisiko stunting. Jumlah ini cukup besar, sehingga harus dijangkau dengan pelayanan kepada masyarakat," katanya di Ambon, Senin.
Ia mengatakan keluarga beresiko stunting secara tidak langsung masuk dalam kategori keluarga miskin dan rentan miskin yang tidak dapat mengakses air bersih, sanitasi yang memadai, rumah layak huni, serta keterjangkauan akses pangan yang bergizi.
Lima hal ini, katanya, menjadi masalah utama di Kota Ambon yang menyebabkan jumlah penderita kekerdilan masih tinggi.
Ia mengakui upaya masif dan strategis untuk menurunkan jumlah kekerdilan di Kota Ambon telah membuahkan hasil, yakni pada tahun 2021 sebanyak 907 anak menderita stunting menjadi 509 anak di tahun 2022.
Upaya ini membuktikan bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait mampu melakukan upaya konkrit agar jumlah penderita kekerdilan menurun.
"Saat ini kita tidak lagi mempersoalkan anak atau keluarga penderita stunting, tetapi ibu menjadi perhatian bersama agar pemerintah pusat dapat melakukan sinkronisasi, sehingga setiap daerah dalam menentukan penderita kekerdilan sama," ujar Bodewin.
Ia menambahkan pencegahan dan penurunan kasus stunting di Kota Ambon butuh sinergi dan kolaborasi semua elemen dan kader Posyandu juga terlibat di dalamnya.
"Para kader Posyandu diharapkan dapat memahami dengan benar tugasnya, sehingga intervensi yang dilakukan akan tepat sasaran," katanya.
20.910 keluarga di Ambon berisiko stunting
Senin, 3 April 2023 16:15 WIB