Ambon (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku memastikan sampel bangkai duyung yang ditemukan mati di pesisir Pantai Pasar Minggu Kecamatan Baguala Kota Ambon dikirim ke Jakarta untuk meneliti penyebab kematian mamalia laut tersebut.
"Sampel telah diambil oleh pihak Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Laut (PSPL) Sorong untuk dikirim ke Jakarta guna penyelidikan lebih lanjut," kata Kepala seksi wilayah II BKSDA Maluku Meity Pattipawael di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan berdasarkan hasil identifikasi awal bangkai duyung atau dugong tersebut tidak ditemukan tanda-tanda luka tusukan atau terjerat jaring nelayan.
"Tidak ada indikasi temuan satwa tersebut dibunuh karena tidak ditemukan adanya bekas luka di tubuh. Satwa tersebut diduga sudah mati satu hari sebelumnya," kata dia menjelaskan.
Dugaan sementara mamalia laut berjenis kelamin betina dengan panjang 2,8 meter dan berat mencapai satu ton tersebut mati lantaran terseret ombak di perairan setempat.
"Kemungkinan terdampar oleh arus ombak karena tidak ditemukan adanya luka di tubuh satwa tersebut," kata dia.
Sementara itu Peneliti Mamalia laut Pro Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ambon, Sekar Mira mengatakan penting untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang penyebab kematian duyung atau dugong tersebut.
Menurutnya keterdamparan hingga kematian duyung atau dugong mengindikasikan bahwa ada berbagai penyebab internal maupun eksternal dari kondisi duyung hingga kondisi perairan itu sendiri.
"Ada yang tidak baik-baik saja terjadi pada duyung kita, dan apa yang membahayakan mereka juga dapat membahayakan kita," ungkapnya
Sebelumnya warga pesisir pantai Pasar Minggu kecamatan Baguala Kota Ambon, Maluku dihebohkan dengan temuan bangkai duyung atau dugong pada 20 Mei 2023.
Duyung atau dugong tersebut ditemukan terapung oleh salah satu warga desa Suli Jacline Wattimena.
Warga pun langsung menghubungi pihak terkait dalam hal ini kepolisian dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku untuk mengevakuasi bangkai Dugong tersebut.