Jakarta (Antara Maluku) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan kekerasan dan aksi bernuansa teror yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Antiteror dan aparat keamanan terhadap terduga teroris justru melanggengkan terorisme di Indonesia.
"Hal itu akan mewariskan dendam kesumat yang boleh jadi akan menumbuhsuburkan benih-benih terorisme yang akan muncul di kemudian hari," kata Din Syamsuddin di Jakarta, Kamis.
Din mengatakan video kekerasan yang diduga dilakukan aparat keamanan terhadap terduga teroris yang beredar tidak hanya akan mengusik kelompok radikal garis keras.
Menurut dia, kelompok yang moderat atau siapa pun pasti akan terusik menyaksikan video tersebut.
Menurut dia, pemberantasan terorisme tidak bisa dilakukan dengan cara-cara bernuansa teror tetapi harus dilakukan dengan memotong akar permasalahan, yaitu ketidakadilan sosial ekonomi yang ada di masyarakat.
Din mengatakan di dalam buku yang ditulis oleh salah seorang wartawan senior "New York Times" menyebutkan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) telah merekrut ribuan pemuda Islam dari 24 negara untuk dilatih di North Carolina.
Pemuda-pemuda Islam itu kemudian dikirim ke Afghanistan untuk berjihad dalam perang yang dihadapi Amerika Serikat melawan Uni Soviet di negara tersebut.
"Sebagian dari mereka itulah yang terkait dengan aksi-aksi teror. Dari situ ada tali temali kegiatan teror yang diatasnamakan Islam," tuturnya.
Karena itu, kata Din, aksi terorisme tidak pernah berdiri sendiri. Pemerintah harus bisa mengantisipasi akar-akar permasalahan yang berpotensi menimbulkan aksi terorisme.
Karena itu, Muhammadiyah bersama ormas dan lembaga Islam lainnya yang bergabung dalam Silaturrahim Organisasi Masyarakat/Lembaga Islam (SOLI) menegaskan terorisme tidak ada kaitan dan tidak benar dikaitkan dengan Islam karena tidak memiliki dasar ajaran dan akar dalam Islam.
Selain itu, SOLI juga mendesak pemerintah mengevaluasi dan mengaudit kinerja -termasuk keuangan- Detasemen Khusus 88 Antiteror serta menggantikannya dengan lembaga baru yang kredibel, profesional dan berintegritas dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat.
SOLI menilai pemberantasan terorisme telah menyimpang dari semangat menciptakan keamanan negara, mengesampingkan dimensi kemanusiaan dan menunjukkan adanya unsur tindak kekerasan oleh aparat.
Pernyataan bersama SOLI itu dirumuskan di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat dan ditandatangani sedikitnya 22 tokoh Muslim dan pimpinan ormas/lembaga Islam.
Beberapa tokoh yang menandatangani pernyataan bersama itu di antaranya Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Amirsyah Tambunan, Ketua Presidium ICMI Marwah Daud Ibrahim dan lain-lain.
Sebelumnya, di situs Youtube sempat beredar video kekerasan yang dilakukan beberapa orang berseragam aparat kepolisian yang diduga anggota Densus 88 terhadap seseorang yang disebut-sebut terduga teroris.
Video kekerasan itu memicu pro-kontra di masyarakat termasuk di kalangan Muslim dan ormas/lembaga Islam.
Din Syamsuddin: Kekerasan Aparat Langgengkan Terorisme
Kamis, 7 Maret 2013 19:14 WIB