Ternate (Antara Maluku) - Bandara Kao di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara dikembangkan menjadi bandara alternatif bagi Bandara Babullah di Kota Ternate, karena lokasi ke dua bandara ini saling berdekatan.
Kepala Dinas Perhubungan Telekomunikasi dan Informatika Malut, Taufik Madjid mengatakan di Ternate, Jumat Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Pemkab Halut terkait pengembangan Bandara Kao menjadi bandara alternatif bagi bandara Babullah Ternate.
Nota kesepahaman antara Ditjen Perhubungan Darat dengan Pemkab Halut tersebut di antaranya mengatur masalah teknis mengenai pembangunan berbagai infrastruktur di Bandar Kao, seperti perpanjangan landasan dan fasilitas penunjang lainnya.
Ia mengatakan, Bandara Babullah yang berupakan pintu masuk utama keluar masuk Malut melalui transportasi udara memang memerlukan bandara alternatif, karena bandara ini cukup potensial mengalami hambatan saat pendaratan pesawat, seperti berupa gangguan cuaca dan abu vulkanik saat Gunung Gamalama di Ternate erupsi.
Beberapa waktu lalu ketika Bandara Babullah tertutup abu vulkanik erupsi Gunung Gamalama, pesawat yang akan mendarat di bandara itu terpaksa dialihkan ke Bandara Samratulangi Manado.
"Saat itu Bandara Kao sudah bisa dimanfaatkan pula sebagai bandara alternatif, tetapi hanya untuk pesawat kecil, sedangkan pesawat berbadan lebar tidak bisa karena landasannya tidak memungkinkan," katanya.
Di wilayah Malut sebenarnya sudah ada bandara lain yang bisa didarati pesawat berbadan lebar yakni Bandara Leo Wattimena Morotai, tetapi kurang efisien jika dijadikan bandara alternatif bagi Bandara Babullah karena letaknya cukup jauh.
Ia menambahkan, Pemprov Malut terus memprioritaskan pembangunan infrastruktur bandara di Malut, baik Bandara Babullah maupun bandara perintis di daerah ini untuk melancarkan arus transportasi udara sekaligus mendukung sektor kepariwisataan.