Ambon (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas IIA Ambon memperketat pengamanan untuk mengantisipasi penyelundupan ponsel sebagai upaya tegas penegakan hukum.
"Kami meningkatkan pengamanan dengan melakukan pemeriksaan ketat kepada warga binaan, pembesuk bahkan hingga petugas sekalipun," kata Kepala Lapas Kelas IIA Ambon Herliadi di Ambon, Jumat.
Hal itu dikatakannya setelah mencuatnya kasus salah seorang warga binaan berinisial B di Lapas tersebut menggunakan ponsel secara ilegal untuk memberikan informasi tentang penjualan narkoba kepada pengguna narkoba di luar lapas.
"Ponsel tersebut didapatkannya dari temannya yang duluan berhasil menyelundupkannya, kemudian ia bebas dan memberikannya kepada B," kata dia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan jajaran Lapas Kelas IIA Ambon ponsel itu sebelumnya diselundupkan melalui pembesuk.
Oleh sebab itu kata Kalapas, saat ini pihaknya pun meningkatkan pengamanan dan pemeriksaan yang dilakukan kepada pembesuk melalui tiga tahap yakni pendataan dan pemeriksaan di ruang tunggu, penggeledahan di gerbang luar dan mesin pemindai di gerbang dalam.
Sementara untuk petugas, dilakukan penggeledahan setiap hari saat pergantian jam jaga. Tak hanya itu, bagi para warga binaan dilakukan pemeriksaan dan penggeledahan setiap pekan yang melibatkan instansi dari luar seperti Polri, TNI hingga BNN.
Dalam hal ini kata dia, jika warga binaan terbukti secara sah melanggar aturan seperti yang disebutkan diatas, maka akan diberikan sanksi berupa kurungan sel hingga dua pekan.
Kemudian sanksi administrasi pun diberlakukan dengan mencabut atau membatasi hak pemberian remisi, hingga hak kunjungan sampai satu tahun kedepan.
"Kami menyayangkan penggunaan ponsel secara ilegal oleh Warga Binaan Pemasyarakatan. Sesuai dengan aturan yang berlaku kita memiliki wartel khusus pemasyarakatan. Ponsel itu bisa masuk karena pasti ada permainan oknum dan kami akan tindak tegas siapapun oknum yang terlibat dalam pelanggaran semacam ini," katanya menjelaskan.
Sementara itu Kepala Rutan Ambon Adam Ridwansah mengakui bahwa warga binaan memiliki banyak cara untuk melakukan penyelundupan, misalnya saja dengan cara pelemparan dari luar Lapas bahkan memakai drone.
"Hal itu didukung dengan kendala kita yakni kekurangan SDM yang mumpuni. Petugas Rutan atau Lapas ini banyak yang lulus SMA tanpa pendidikan khusus langsung dipekerjakan di dalam lapas. Mereka tidak punya cukup kemampuan dalam menghadapi warga binaan," katanya menjelaskan.
"Oleh sebab itu kami meminta semua pihak untuk membantu kami agar Rutan dan Lapas tetap kondusif untuk bisa memberikan pelayanan maksimal pada masyarakat," tambahnya.