Bula, 15/12 (Antara Maluku) - Proses fenomena naiknya massa air laut dari dasar ke permukaan atau "upwelling" di laut selatan Jawa akan diteliti lebih mendalam oleh Pusat Penelitian Laut Dalam pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPLD-LIPI).
Kepala PPLD-LIPI Augy Syahailatua di Bula, Jumat, mengatakan penelitian tersebut merupakan kerjasama antara PPLD-LIPI dengan First Institute of Oceanografi (FIO) Tiongkok dan University of Maryland, Amerika Serikat, dijadwalkan akan dimulai pada 2018.
Riset itu sendiri merupakan hasil dari pertemuan ilmiah internasional "Cooperative Study of Kurashio" yang diikuti oleh PPLD-LIPI di Qingdau, Tiongkok pada November lalu.
Selain para peneliti PPLD di bidang biologi, kimia dan fisika oseanografi, peneliti-peneliti di bidang klimatologi dan interaksi laut atmosfir juga ikut dilibatkan untuk studi perubahan iklim dan sebagainya.
"Kami akan melakukan penelitian bersama untuk aspek fisika oseanografi, temanya upwelling selatan Jawa. Ini adalah kerja sama jangka panjang," katanya.
"Upwelling" adalah naiknya masa air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar dari dasar laut ke permukaan. Fenomena ini cenderung terjadi setiap enam bulan sekali.
Fenomena "upwelling" di bagian selatan Jawa, kata Augy, berhubungan erat dengan angin musim dan pola arus lintas Indonesia (Indonesian troughflow).
Terkait proses penelitiannya nanti, tim peneliti dari Indonesia, Tiongkok dan Amerika Serikat akan melakukan pelayaran selama 40 hari pada September-Oktober 2018, untuk memasang "buoy mooring" di beberapa lokasi yang dinilai strategis.
Beberapa lokasi tersebut di antaranya adalah Selat Lombok, Selat Alas, bagian utara Selat Makassar, dan laut bagian utara Kabupaten buru, Provinsi Maluku.
Pemasangan "buoy mooring" dimaksudkan untuk bisa mendeteksi kecepatan arus, suhu, salinitas dan massa air yang berpindah dari bawah ke atas dan dari utara ke selatan.
"Kami sedang mencari lokasi di Lifamatola untuk dipasang `buoy mooring`," katanya.