Ternate (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Maluku Utara (Malut) meminta pemerintah daerah agar pertimbangkan rencana kegiatan pembelajaran secara tatap muka bagi siswa dan siswi di daerah ini terutama dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Malut hampir secara keseluruhan kini berada di zona oranye dan pemda harus mempertimbangkan rencana pembelajaran tatap muka bagi siswa, terkecuali Kabupaten Pulau Taliabu yang masuk zona hijau sejak awal sehingga bisa menerapkan proses belajar tatap muka," kata Ketua IDI Malut, dr Alwia Assagaf M.Kes di Ternate, Kamis.
Menurut dia, ada enam wilayah di Malut yang masuk kategori zona oranye, sedangkan kota Tidore Kepulauan sejak Agustus 2020 kembali berada di zona merah, sebab dari jumlah pasien positif di wilayah tersebut mengalami peningkatan.
Untuk sekolah yang berada di zona merah, kuning dan oranye masih harus belajar dari rumah atau secara daring, sedangkan sekolah yang ada di wilayah zona hijau dibolehkan sekolah tatap muka.
Dia mengemukakan, ada empat kategori wilayah terkait penyebaran COVID-19, yaitu wilayah risiko tinggi yang ditandai dengan zona merah, risiko sedang ditandai dengan zona oranye. Kemudian, risiko rendah dengan zona kuning dan zona hijau yang merupakan kabupaten/kota tidak atau belum terdampak.
Sedangkan, untuk status bahaya dari sebuah wilayah yang terpapar COVID-19, warna zona juga digunakan untuk menandai protokol kesehatan yang harus diterapkan dan dipatuhi dan untuk usia anak sangat berisiko tinggi tertular dan menularkan. IDI melalui Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih tetap tidak menginginkan pemerintah membuka sekolah dengan tata muka.
Secara nasional, ada sejumlah alasan mengapa anak harus tetap belajar dari rumah. Salah satunya, kematian anak Indonesia akibat COVID-19 saat ini paling tinggi dibanding negara-negara di Asia Pasifik.
Sedangkan di Malut, terdapat 96 orang anak yang telah tercapar COVID-19 dengan usia terbanyak usia 6 sampai 17 tahun. Jumlah tersebut mencapai 5,7 persen dari total kasus positif Covid-19 di Maluku Utara.
Dari 96 orang anak yang terpapar corona terdapat satu kasus kematian anak asal kota Tidore Kepulauan berumur 2 tahun dan memang ada penyakit atau kelainan sejak lahir, dan itu membuat imunitas tubuh menurun hingga terpapar COVID-19.
Kendati kasus angka kematian anak yang diduga terkait virus corona di Maluku Utara baru satu kasus, akan tetapi dr Alwia Assagaf meminta perhatian ekstra orang tua terhadap anak.
Sebelumnya, Pemkot Ternate dalam waktu dekat berencana akan memberlakukan belajar tatap muka dan saat ini Pemkot Ternate tengah menyiapkan pedoman dan skema pembelajaran pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru, tetapi belum mendapat dukungan Gustu COVID-19 setempat.
Langkah ini dilakukan Pemkot Ternate akibat sebagian orang tua siswa kewalahan dalam program belajar daring yang diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Alasan lain karena sebagian orang tua siswa tidak memiliki kuota data internet dan gadget.*