Komisi II DPRD Maluku mengapresiasi program Dinas Pertanian provinsi setempat yang memberikan bantuan rumah pengeringan kopra kepada para kelompok tani kelapa di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) untuk meningkatkan pendapatan mereka.
"Rumah pengeringan kopra sangat membantu, karena cukup dengan anggaran Rp91 juta serta rumah yang didapatkan setiap kelompok petani kopra ini pendapatan mereka mengalami kenaikan," kata Ketua Komisi II DPRD setempat, Saoda Anakotta Tethol di Ambon, Selasa.
Selama ini, hasil penjualan kopra sangat rendah di kisaran Rp6.000 per kilogram.
Menurut dia, masih rendahnya harga jual tersebut karena proses pengeringan kopra yang dilakukan hanya secara manual, yakni hasilnya agak kehitaman dan kualitasnya lebih rendah.
"Sekarang harganya sudah cukup bagus karena naik di level Rp11.000 per Kg," ucap Saoda.
Kemajuan seperti ini membuktikan pendapatan petani mengalami sedikit kenaikan karena usaha mereka mendapatkan bantuan pemerintah melalui Dinas Pertanian tahun anggaran 2021 yang bersumber dari APBD provinsi.
"Kenaikan harga seperti ini juga cukup merangsang para petani kelapa bisa kembali berusaha di bidang kopra, karena selama ini kebanyakan dari mereka sudah berhenti akibat harga jual yang begitu anjlok," tandasnya.
Maka lewat bantuan rumah pengeringan kopra dari pemerintah ini, semakin mempermudah masyarakat karena hasilnya lebih putih dan bersih serta memiliki kualitas ekspor.
Apalagi sudah ada pembeli kopra di sana yang memiliki akses pemasaran ke luar daerah hingga ekspor sehingga semakin mempermudah para petani kopra dalam menjual hasil usaha mereka.
Dikatakan, sejumlah kelompok tani di Kabupaten SBB yang telah menggunakan rumah pengeringan kopra seperti Desa Uraur, Kamal, dan Kairatu, dan diharapkan program ini bisa dikembangkan pada daerah lain yang memiliki potensi perkebunan kelapa.
Dia menambahkan, rumah pengeringan ini bisa menampung sekitar 200 buah kepala untuk dikeringkan selama empat hari.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Rumah pengeringan kopra sangat membantu, karena cukup dengan anggaran Rp91 juta serta rumah yang didapatkan setiap kelompok petani kopra ini pendapatan mereka mengalami kenaikan," kata Ketua Komisi II DPRD setempat, Saoda Anakotta Tethol di Ambon, Selasa.
Selama ini, hasil penjualan kopra sangat rendah di kisaran Rp6.000 per kilogram.
Menurut dia, masih rendahnya harga jual tersebut karena proses pengeringan kopra yang dilakukan hanya secara manual, yakni hasilnya agak kehitaman dan kualitasnya lebih rendah.
"Sekarang harganya sudah cukup bagus karena naik di level Rp11.000 per Kg," ucap Saoda.
Kemajuan seperti ini membuktikan pendapatan petani mengalami sedikit kenaikan karena usaha mereka mendapatkan bantuan pemerintah melalui Dinas Pertanian tahun anggaran 2021 yang bersumber dari APBD provinsi.
"Kenaikan harga seperti ini juga cukup merangsang para petani kelapa bisa kembali berusaha di bidang kopra, karena selama ini kebanyakan dari mereka sudah berhenti akibat harga jual yang begitu anjlok," tandasnya.
Maka lewat bantuan rumah pengeringan kopra dari pemerintah ini, semakin mempermudah masyarakat karena hasilnya lebih putih dan bersih serta memiliki kualitas ekspor.
Apalagi sudah ada pembeli kopra di sana yang memiliki akses pemasaran ke luar daerah hingga ekspor sehingga semakin mempermudah para petani kopra dalam menjual hasil usaha mereka.
Dikatakan, sejumlah kelompok tani di Kabupaten SBB yang telah menggunakan rumah pengeringan kopra seperti Desa Uraur, Kamal, dan Kairatu, dan diharapkan program ini bisa dikembangkan pada daerah lain yang memiliki potensi perkebunan kelapa.
Dia menambahkan, rumah pengeringan ini bisa menampung sekitar 200 buah kepala untuk dikeringkan selama empat hari.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022