Komunitas lingkungan Moluccas Coastal Care (MCC) meminta Pemerintah Kota Ambon segera menangani puluhan pohon mangrove yang mati di Teluk Ambon, tepatnya di daerah Poka Ambon.
“Mangrove ini punyai nilai ekonomi, dan ekologi yang bagus dan tinggi. Berarti pemerintah juga harus perjuangkan itu. Tapi sampai sekarang nyatanya belum ada tindakan. Jadi kami dorong pemerintah untuk mengambil langkah cepat,” kata Direktur Moluccas Coastal Care (MCC), Teria Salhuteru, di Ambon, Maluku, Rabu.
Ia mengatakan, pemerintah harusnya segera selidiki kenapa puluhan mangrove di pesisir Poka, Teluk Ambon ini mati secara tiba-tiba, bukan menunggu mangrove itu akan tumbuh kembali.
“Bukan dia akan tumbuh satu dua minggu, satu dua bulan. Tidak seperti itu. Butuh bertahun-tahun untuk dia tumbuh,” ujarnya.
Baca juga: Komunitas lingkungan dan PLN Maluku bersihkan lahan mangrove Poka Ambon
Menurutnya, apabila pemerintah tidak bisa secara cepat mengambil langkah untuk menangani mangrove ini, hal ini bisa dilibatkan kepada akademisi atau perikanan setempat untuk dapat mengidentifikasi atau meneliti apa yang terjadi di sekitaran situ agar segera menemukan solusi.
“Kalau semuanya mati bagaimana, nanti kita punya mangrove itu setiap tahun, akan terus berkurang. Jadi kami mendesak pemerintah harus jalani, jangan tinggal diam. Ini mangrove 75 persen dia sudah mati dan tidak tahu dia bisa hidup lagi atau tidak, jangan tetap diam dan biarkan saja begitu,” pintanya.
Ia mengaku, Komunitas MCC juga sudah sempat menanyakan hal ini kepada PT PLN (Persero) yang juga sedang melakukan pembangunan di sekitaran pesisir tersebut, tetapi PLN juga mengaku tidak mengetahui penyebabnya.
“Jadi menurut kita, sebagai MCC, dalam hal ini pemerintah juga tidak bergerak cepat sehingga mangrove itu mati. Khususnya dinas kehutanan, setidaknya kasi pernyataan atau lakukan sesuatu,” pintanya.
Baca juga: Lantamal tanam 1.000 mangrove sukseskan pemecahan rekor MURI
Ia juga mengaku kecewa, pasalnya ia bersama sejumlah teman-teman komunitasnya pernah melakukan penanaman mangrove pada tahun 2017 di areal tersebut, dan butuh waktu bertahun-tahun, baru mangrove tersebut tumbuh besar.
“Dari sekian banyak komunitas yang terlibat untuk penanaman mengrove kami sejak 2017, setelah sudah besar dan sudah bisa jadi mangrove yang rimbun, tiba-tiba mati, dan tidak ada yang bergerak. Jadi kecewa sih, karena perjuangan ini kan bukan satu minggu tapi bertahun-tahun,” ucapnya.
Karena itu, menurut Teria, solusinya adalah pemerintah harus segera mencari tahu penyebab mangrove tersebut mati lalu mencegah yang lainnya ikut mati.
“Itu masih mangrove, belum ekosistem yang ada di dalam situ ada kepiting, ada udang, atau apa yang juga mati. Banyak yang dirugikan secara ekologi,” imbuh Teria.
Baca juga: PLN bantu 3.000 bibit mangrove untuk dukung pelestarian lingkungan
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022