Seri merupakan sebuah dusun yang relatif kecil hanya dihuni 321 kepala keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 1281, terletak di bagian Selatan semenanjung Nusa Niwe, Pulau Ambon Maluku.
Bersama dengan tiga dusun lainnya Mahia, Kusu-kusu sereh dan Tuni kemudian membentuk sebuah struktur pemerintahan yang bernama Negeri Urimessing. Ketiga dusun tersebut cenderung berada pada daerah perbukitan, sedangkan dusun Seri berada di wilayah pesisir.
Walau begitu dusun ini juga dicirikan oleh lahan perkebunan rakyat yang cukup khas karena ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman berumur panjang sama seperti hutan produksi lainnya di kepulauan Maluku diantaranya pohon sagu, cengkih, pala, kenari, rambutan, langsat, duku, kelapa, pisang, sukun dan lainnya. Hutan-hutan produktif ini sangat penting sebagai penyangga kecukupan gizi masyarakat, sebab menyediakan berbagai sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya bagi warganya dari generasi ke generasi.
Kawasan hutan yang subur dan hijau tersebut dapat tercipta karena didukung oleh sumber aliran air pegunungan yang juga mengalir tiada henti melewati tiap sudut rumah warganya sebelum sampai ke laut. Karakter masyarakatnya yang menjaga hutannya dengan baik juga sungguh bijaksana.
Berada di tepian bibir pantai yang indah karena sentuhan hempasan deburan ombak dan semilir angin laut Banda, ikut membentuk karakter dan jiwa warganya sebagai nelayan tangguh. Penulis mengunjungi dusun ini di awal Januari 2023 ketika bersama para mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura guna melakukan kunjungan ilmiah melihat secara langsung aktivitas warganya yang sangat inovatif dan pandai memanfaatkan potensi besar wilayah yang tersedia di lingkungannya.
Kunjungan ini tidak sekadar melihat aktivitas warganya yang adalah nelayan, tetapi juga sekaligus hendak mencocokan berbagai teori ilmiah yang diperoleh mahasiswa ketika belajar di kelas. Setelah hampir seharian berada di dusun ini dan berinteraksi dengan warganya, ditemukan bahwa warganya tidak hanya berprofesi sebagai nelayan tangkap (yang juga merupakan ciri sebahagian besar nelayan kita di Maluku), tetapi juga adalah nelayan pembudidaya ikan.
Yang menarik adalah bukan nelayan pembudidaya ikan laut tetapi pembudidaya ikan air tawar. Bagi kebanyakan masyarakat Maluku (kota Ambon) istilah budidaya ikan mungkin belum terlalu dikenal luas jika dibandingkan dengan wilayah lain di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, padahal Pulau Ambon (sebagai pulau kecil, tetapi berpotensi besar) karena memiliki sumber air tawar yang dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan ikan.
Oleh sebab itu sudah saatnya masyarakat kita hendaknya mulai mengambil langkah dan terus mengembangkan bidang ini lebih luas lagi sebab dapat dipastikan bahwa kegiatan budidaya ikan dapat memenuhi kebutuhan protein sehari-hari dan juga sebagai sumber pendapatan keluarga. Sekadar untuk diketahui saat ini harga ikan mas di dusun Seri yang berukuran 40-50cm dijual dengan harga Rp300.000-400.000 per ekor.
Terlebih lagi pada saat kegiatan penangkapan ikan di laut dibatasi oleh perubahan kondisi iklim seperti angin kencang dan gelombang laut di saat musim timur (Mei-Agustus). Memang diakui sudah membudaya bagi masyarakat Maluku yang lebih suka mengonsumsi ikan laut seperti tuna, cakalang, puri (teri), make (tembang), bubara (kuwe) serta ikan perairan dasar lainnya seperti garopa (kerapu), kakap, samandar dan lainnya sehingga menjadi sebuah pola konsumsi rutin turun temurun.
Tetapi perlu diingat bahwa pada waktu-waktu tertentu, nelayan sulit melaut karena angin kencang dan gelombang tinggi akibatnya terjadi kelangkaan ikan hasil tangkapan dari laut. Hal ini harus disikapi serius oleh semua pihak sebab bukan saja masalah kekurangan makan ikan bagi masyarakat, tetapi juga dapat menyebabkan hal turunan lainnya seperti masalah inflasi yang belakangan ini terjadi dan menurut catatan BPS Provinsi Maluku 2022, salah satu penyebab inflasi di Maluku disumbangkan dari sektor perikanan.
Ini agak ironi memang, tapi apa mau dikata, ini faktual numerik yang tidak bisa dipungkiri. Selain itu, Maluku adalah lumbung ikan yang menyumbangkan kurang lebih 37 persen potensi sumber daya ikan nasional, tetapi mengapa ikan sering mahal bahkan kadang sulit tersedia di pasar lokal untuk memenuhi kebutuhan rakyat sehari-hari.
Berbagai aspek teknis dan nonteknis saling berkaitan perlu disikapi dengan cermat dan bijak oleh berbagai pihak termasuk pemerintah daerah, lembaga pendidikan dan riset untuk mengatasi masalah di atas secara kolaboratif. Mungkin ada yang berpendapat bahwa penyediaan cold storage (PPN Eri dan Tantui) dapat membantu mengatasi persoalan kelangkaan tersebut di atas (memang itu adalah salah satu tujuan mulianya), tetapi nampaknya langkah ini belum mampu menyelesaikan persoalan di atas.
Menyadari akan hal ini, maka program pemerintah perlu digelorakan lebih giat lagi ke seluruh pelosok negeri, desa dan dusun untuk mempersiapkan masyarakat melakukan kegiatan budidaya terutama budidaya ikan air tawar, dan dusun Seri dapat menjadi laboratorium belajar karena kegiatan budidaya ikan sudah sangat berbudaya dalam masyarakatnya.
Sejak tahun 1995, kegiatan budidaya ini dimulai bukanlah suatu masa yang singkat tetapi tentu sudah cukup lama hingga saat ini sehingga masyarakatnya semakin paham akan prosedur budidaya yang kompleks, tetapi telah menjadi terampil.
Bisa Karena Biasa
Menarik untuk dipelajari bahwa kegiatan budidaya ikan air tawar di dusun Seri ini sebenarnya dimulai dengan hanya memelihara ikan mas (Carpinus carpio) sebagai ikan non konsumsi (hias), tetapi kemudian berkembang melalui kerjasama dengan Pemerintah Kota Ambon s,q, Dinas Perikanan Kota hingga saat ini dan telah menjadi sebuah usaha budidaya yang lebih luas yang mencakup ikan konsumsi seperti ikan lele, mujair dan nila.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya dalam sejarah perkembangan kegiatan budidaya ikan secara global, pentahapan ini adalah praktik yang lumrah diadopsi oleh masyarakat termasuk masyarakat di dusun Seri saat ini. Bedanya adalah bahwa kalau awal perkembangan budidaya ikan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang dengan kemampuan finansial yang cukup serta terbatas pada kalangan bangsawan saja pada masa itu seperti di Mesir kuno dan China yang dimulai sejak 475 SM, namun saat ini pandangan tersebut telah berubah total.
Kegiatan budidaya ikan di dusun Seri dan mungkin juga di beberapa lokasi lain di Pulau Ambon dan Maluku secara keseluruhan telah membuktikan hal itu. Siapa saja bisa melakukan kegiatan budidaya ikan baik dalam sakala kecil (rumah tangga) maupun besar (industri). Yang penting adalah, keseriusan, ulet dan pandai memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di lingkungan sekitarnya. Air tawar sebagai media utama untuk budidaya ikan di dusun Seri sudah tersedia dengan baik dan melimpah, tinggal dimanfaatkan saja. Apalagi berbagai kemudahan dapat diakses saat ini sebagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan budidaya ikan seperti yang banyak tersedia di saluran-saluran media online (YouTube) saat ini.
Saya yakin bahwa, berbagai program pemerintah juga tersedia saat ini untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan budidaya ikan. Ini juga menjadi harapan masyarakat agar pemerintah daerah tetap memperhatikan kebutuhan mereka dalam konteks ini. Tidaklah berkelebihan jika tulisan ini juga dimaksudkan untuk mengimbau pemerintah Kota Ambon maupun Pemerintah Provinsi Maluku s.q.Dinas Kelautan dan Perikanan agar tetap memperhatikan kebutuhan para nelayan budidaya ini.
Penyediaan pakan ikan yang cukup, murah, terjangkau dan jaminan ketersediaannya secara tetap adalah harapan setiap pembudidaya ikan. Keterampilan untuk membenihkan ikan sebagai salah satu langkah dasar yang memerlukan pengalaman belajar yang panjang, ternyata sudah dapat dilewati dengan sangat berhasil.
Belajar Sepanjang Hayat Kunci Keberhasilan
Bagi anak muda Maluku yang ingin belajar lebih dalam untuk memperkaya berbagai aspek teknis dan non teknis budidaya ikan, maka Program Studi budidaya Perairan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti senantiasa siap memberi perbantuan informasi ilmiah yang relevan yang dibutuhkan dalam seluruh proses budidaya yang dikehendaki.
Informasi tersebut dapat saja berupa pengetahuan mendeteksi penyakit yang menyerang ikannya, pengkayaan nutrisi terhadap pakan yang diberikan kepada ikan peliharaan, kontrol terhadap kualitas air, proses reproduksi pertumbuhan dan lainnya. Semua ini dapat diperoleh jika anda masuk dan belajar di Program Studi ini dan dijamin kelulusan anda tepat pada waktunya dengan sejumlah kompetensi ilmiah budidaya sesuai arah perkembangan saat ini.
Tidaklah berlebihan untuk diketahui oleh masyarakat bahwa Program studi ini, adalah satu dari beberapa saja (13) Program Studi di Unpatti yang terakreditasi “A” oleh Badan Akreditasi Nasional yang diraihnya secara berturut turut dua kali. Hal ini artinya keandalan penyelenggaraan akademik program studi ini sangat bermutu dan dapat berkontribusi terhadap kegiatan budidaya ikan untuk terus maju dan perkembangan di Provinsi ini. Disadari bahwa kontribusi di atas akan semakin nyata bila partisipasi masyarakat seperti yang telah ditujukan oleh masyarakat di dusun Seri terus berinisiatif menyambut perubahan yang terus terjadi sesuai perkembangan teknologi dan beragamnya tingkat kebutuhan dalam masyarakat.
Hingga saat ini, perkembangan budidaya ikan air tawar oleh masyarakat dusun Seri semakin maju dan berkembang sebab asa mereka terus diasah sehingga menjadi terbiasa dan menjadikan sebagai pola hidup yang membudaya. Kemampuan untuk memproduksi benih ikan air tawar secara teknis, ilmiah maupun implementasi prinsip manajemen budidaya ikan telah dijalani dengan baik dan ini harus terus dikembangkan dan tanpa sadar, upaya diversifikasi produk perikanan telah menjadi pemandangan sehari-hari warganya.
Memang diakui bahwa kegiatan budidaya ikan (air tawar, air payau maupun air laut) masing-masing memiliki tingkat kesulitannya tersendiri, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Karena itu secara teori, beberapa aspek mendasar yang harus diperhatikan seperti jenis ikan apa yang akan dibudidayakan, ketersediaan lahan budidaya, tersedia pasarnya atau tidak, tenaga kerja dan sejumlah pertimbangan lainnya.
Menarik memang bahwa ternyata paling tidak empat aspek dasar di atas telah dipenuhi oleh masyarakat Susun Seri bahkan terkadang sedikit bertolak belakang dimana secara umum, biasanya suatu produk yang mencari pasar, tetapi dalam konteks budidaya ikan air tawar di dusun Seri, pasar yang mencari produk. Hampir dipastikan bahwa hasil budaya ikan oleh masyarakat di dusun Seri selalu dicari oleh masyarakat pembeli (dari etnis Jawa, Batak dan Cina).
Pembelinya yang mendatangi sambil berwisata mengelilingi sudut-susut rumah dan menyapa warganya yang ramah serta lingkungan yang asri dan sekaligus pulang membawa ikan untuk dikonsumsi maupun sebagai oleh-oleh wisata dari dusun Seri.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa berharganya suatu komoditi perikanan sangat berkaitan erat dengan kebiasaan, tradisi dan akhirnya berbudaya. Dalam mitologi bangsa Cina misalnya, ikan adalah simbol kelimpahan, kekayaan dan bahkan pengaruh sehingga mengkonsumsi ikan merefleksikan sebuah capaian kemakmuran dan kesejahteraan.
Terkadang ikan yang dicari juga bukan sembarang ikan, tetapi yang memiliki warna yang berkaitan dengan kultur masyarakatnya yang khas yaitu berwarna cerah (merah). Hal yang mirip juga ternyata dijumpai pada masyarakat Batak dari Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan kuliner ikan mas Arsik yang disajikan hanya pada acara-acara penting seperti pernikahan dan kelahiran.
Inilah dua contoh kehidupan masyarakat kita dengan latarbelakang yang berbeda yang telah lama menjadi langganan tetap terhadap hasil budidaya ikan air tawar di dusun Seri yang terus berkembang. Semoga catatan warna warni kehidupan masyarakat dusun Seri ini dapat menjadi batu penjuru dan menginspirasi masyarakat kepulauan kita di Maluku secara luas demi kesejahteraan bersama. Salam budidaya.
Penulis adalah Dosen Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Universitas Pattimura Ambon
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023
Bersama dengan tiga dusun lainnya Mahia, Kusu-kusu sereh dan Tuni kemudian membentuk sebuah struktur pemerintahan yang bernama Negeri Urimessing. Ketiga dusun tersebut cenderung berada pada daerah perbukitan, sedangkan dusun Seri berada di wilayah pesisir.
Walau begitu dusun ini juga dicirikan oleh lahan perkebunan rakyat yang cukup khas karena ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman berumur panjang sama seperti hutan produksi lainnya di kepulauan Maluku diantaranya pohon sagu, cengkih, pala, kenari, rambutan, langsat, duku, kelapa, pisang, sukun dan lainnya. Hutan-hutan produktif ini sangat penting sebagai penyangga kecukupan gizi masyarakat, sebab menyediakan berbagai sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya bagi warganya dari generasi ke generasi.
Kawasan hutan yang subur dan hijau tersebut dapat tercipta karena didukung oleh sumber aliran air pegunungan yang juga mengalir tiada henti melewati tiap sudut rumah warganya sebelum sampai ke laut. Karakter masyarakatnya yang menjaga hutannya dengan baik juga sungguh bijaksana.
Berada di tepian bibir pantai yang indah karena sentuhan hempasan deburan ombak dan semilir angin laut Banda, ikut membentuk karakter dan jiwa warganya sebagai nelayan tangguh. Penulis mengunjungi dusun ini di awal Januari 2023 ketika bersama para mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura guna melakukan kunjungan ilmiah melihat secara langsung aktivitas warganya yang sangat inovatif dan pandai memanfaatkan potensi besar wilayah yang tersedia di lingkungannya.
Kunjungan ini tidak sekadar melihat aktivitas warganya yang adalah nelayan, tetapi juga sekaligus hendak mencocokan berbagai teori ilmiah yang diperoleh mahasiswa ketika belajar di kelas. Setelah hampir seharian berada di dusun ini dan berinteraksi dengan warganya, ditemukan bahwa warganya tidak hanya berprofesi sebagai nelayan tangkap (yang juga merupakan ciri sebahagian besar nelayan kita di Maluku), tetapi juga adalah nelayan pembudidaya ikan.
Yang menarik adalah bukan nelayan pembudidaya ikan laut tetapi pembudidaya ikan air tawar. Bagi kebanyakan masyarakat Maluku (kota Ambon) istilah budidaya ikan mungkin belum terlalu dikenal luas jika dibandingkan dengan wilayah lain di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, padahal Pulau Ambon (sebagai pulau kecil, tetapi berpotensi besar) karena memiliki sumber air tawar yang dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan ikan.
Oleh sebab itu sudah saatnya masyarakat kita hendaknya mulai mengambil langkah dan terus mengembangkan bidang ini lebih luas lagi sebab dapat dipastikan bahwa kegiatan budidaya ikan dapat memenuhi kebutuhan protein sehari-hari dan juga sebagai sumber pendapatan keluarga. Sekadar untuk diketahui saat ini harga ikan mas di dusun Seri yang berukuran 40-50cm dijual dengan harga Rp300.000-400.000 per ekor.
Terlebih lagi pada saat kegiatan penangkapan ikan di laut dibatasi oleh perubahan kondisi iklim seperti angin kencang dan gelombang laut di saat musim timur (Mei-Agustus). Memang diakui sudah membudaya bagi masyarakat Maluku yang lebih suka mengonsumsi ikan laut seperti tuna, cakalang, puri (teri), make (tembang), bubara (kuwe) serta ikan perairan dasar lainnya seperti garopa (kerapu), kakap, samandar dan lainnya sehingga menjadi sebuah pola konsumsi rutin turun temurun.
Tetapi perlu diingat bahwa pada waktu-waktu tertentu, nelayan sulit melaut karena angin kencang dan gelombang tinggi akibatnya terjadi kelangkaan ikan hasil tangkapan dari laut. Hal ini harus disikapi serius oleh semua pihak sebab bukan saja masalah kekurangan makan ikan bagi masyarakat, tetapi juga dapat menyebabkan hal turunan lainnya seperti masalah inflasi yang belakangan ini terjadi dan menurut catatan BPS Provinsi Maluku 2022, salah satu penyebab inflasi di Maluku disumbangkan dari sektor perikanan.
Ini agak ironi memang, tapi apa mau dikata, ini faktual numerik yang tidak bisa dipungkiri. Selain itu, Maluku adalah lumbung ikan yang menyumbangkan kurang lebih 37 persen potensi sumber daya ikan nasional, tetapi mengapa ikan sering mahal bahkan kadang sulit tersedia di pasar lokal untuk memenuhi kebutuhan rakyat sehari-hari.
Berbagai aspek teknis dan nonteknis saling berkaitan perlu disikapi dengan cermat dan bijak oleh berbagai pihak termasuk pemerintah daerah, lembaga pendidikan dan riset untuk mengatasi masalah di atas secara kolaboratif. Mungkin ada yang berpendapat bahwa penyediaan cold storage (PPN Eri dan Tantui) dapat membantu mengatasi persoalan kelangkaan tersebut di atas (memang itu adalah salah satu tujuan mulianya), tetapi nampaknya langkah ini belum mampu menyelesaikan persoalan di atas.
Menyadari akan hal ini, maka program pemerintah perlu digelorakan lebih giat lagi ke seluruh pelosok negeri, desa dan dusun untuk mempersiapkan masyarakat melakukan kegiatan budidaya terutama budidaya ikan air tawar, dan dusun Seri dapat menjadi laboratorium belajar karena kegiatan budidaya ikan sudah sangat berbudaya dalam masyarakatnya.
Sejak tahun 1995, kegiatan budidaya ini dimulai bukanlah suatu masa yang singkat tetapi tentu sudah cukup lama hingga saat ini sehingga masyarakatnya semakin paham akan prosedur budidaya yang kompleks, tetapi telah menjadi terampil.
Bisa Karena Biasa
Menarik untuk dipelajari bahwa kegiatan budidaya ikan air tawar di dusun Seri ini sebenarnya dimulai dengan hanya memelihara ikan mas (Carpinus carpio) sebagai ikan non konsumsi (hias), tetapi kemudian berkembang melalui kerjasama dengan Pemerintah Kota Ambon s,q, Dinas Perikanan Kota hingga saat ini dan telah menjadi sebuah usaha budidaya yang lebih luas yang mencakup ikan konsumsi seperti ikan lele, mujair dan nila.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya dalam sejarah perkembangan kegiatan budidaya ikan secara global, pentahapan ini adalah praktik yang lumrah diadopsi oleh masyarakat termasuk masyarakat di dusun Seri saat ini. Bedanya adalah bahwa kalau awal perkembangan budidaya ikan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang dengan kemampuan finansial yang cukup serta terbatas pada kalangan bangsawan saja pada masa itu seperti di Mesir kuno dan China yang dimulai sejak 475 SM, namun saat ini pandangan tersebut telah berubah total.
Kegiatan budidaya ikan di dusun Seri dan mungkin juga di beberapa lokasi lain di Pulau Ambon dan Maluku secara keseluruhan telah membuktikan hal itu. Siapa saja bisa melakukan kegiatan budidaya ikan baik dalam sakala kecil (rumah tangga) maupun besar (industri). Yang penting adalah, keseriusan, ulet dan pandai memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di lingkungan sekitarnya. Air tawar sebagai media utama untuk budidaya ikan di dusun Seri sudah tersedia dengan baik dan melimpah, tinggal dimanfaatkan saja. Apalagi berbagai kemudahan dapat diakses saat ini sebagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan budidaya ikan seperti yang banyak tersedia di saluran-saluran media online (YouTube) saat ini.
Saya yakin bahwa, berbagai program pemerintah juga tersedia saat ini untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan budidaya ikan. Ini juga menjadi harapan masyarakat agar pemerintah daerah tetap memperhatikan kebutuhan mereka dalam konteks ini. Tidaklah berkelebihan jika tulisan ini juga dimaksudkan untuk mengimbau pemerintah Kota Ambon maupun Pemerintah Provinsi Maluku s.q.Dinas Kelautan dan Perikanan agar tetap memperhatikan kebutuhan para nelayan budidaya ini.
Penyediaan pakan ikan yang cukup, murah, terjangkau dan jaminan ketersediaannya secara tetap adalah harapan setiap pembudidaya ikan. Keterampilan untuk membenihkan ikan sebagai salah satu langkah dasar yang memerlukan pengalaman belajar yang panjang, ternyata sudah dapat dilewati dengan sangat berhasil.
Belajar Sepanjang Hayat Kunci Keberhasilan
Bagi anak muda Maluku yang ingin belajar lebih dalam untuk memperkaya berbagai aspek teknis dan non teknis budidaya ikan, maka Program Studi budidaya Perairan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti senantiasa siap memberi perbantuan informasi ilmiah yang relevan yang dibutuhkan dalam seluruh proses budidaya yang dikehendaki.
Informasi tersebut dapat saja berupa pengetahuan mendeteksi penyakit yang menyerang ikannya, pengkayaan nutrisi terhadap pakan yang diberikan kepada ikan peliharaan, kontrol terhadap kualitas air, proses reproduksi pertumbuhan dan lainnya. Semua ini dapat diperoleh jika anda masuk dan belajar di Program Studi ini dan dijamin kelulusan anda tepat pada waktunya dengan sejumlah kompetensi ilmiah budidaya sesuai arah perkembangan saat ini.
Tidaklah berlebihan untuk diketahui oleh masyarakat bahwa Program studi ini, adalah satu dari beberapa saja (13) Program Studi di Unpatti yang terakreditasi “A” oleh Badan Akreditasi Nasional yang diraihnya secara berturut turut dua kali. Hal ini artinya keandalan penyelenggaraan akademik program studi ini sangat bermutu dan dapat berkontribusi terhadap kegiatan budidaya ikan untuk terus maju dan perkembangan di Provinsi ini. Disadari bahwa kontribusi di atas akan semakin nyata bila partisipasi masyarakat seperti yang telah ditujukan oleh masyarakat di dusun Seri terus berinisiatif menyambut perubahan yang terus terjadi sesuai perkembangan teknologi dan beragamnya tingkat kebutuhan dalam masyarakat.
Hingga saat ini, perkembangan budidaya ikan air tawar oleh masyarakat dusun Seri semakin maju dan berkembang sebab asa mereka terus diasah sehingga menjadi terbiasa dan menjadikan sebagai pola hidup yang membudaya. Kemampuan untuk memproduksi benih ikan air tawar secara teknis, ilmiah maupun implementasi prinsip manajemen budidaya ikan telah dijalani dengan baik dan ini harus terus dikembangkan dan tanpa sadar, upaya diversifikasi produk perikanan telah menjadi pemandangan sehari-hari warganya.
Memang diakui bahwa kegiatan budidaya ikan (air tawar, air payau maupun air laut) masing-masing memiliki tingkat kesulitannya tersendiri, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Karena itu secara teori, beberapa aspek mendasar yang harus diperhatikan seperti jenis ikan apa yang akan dibudidayakan, ketersediaan lahan budidaya, tersedia pasarnya atau tidak, tenaga kerja dan sejumlah pertimbangan lainnya.
Menarik memang bahwa ternyata paling tidak empat aspek dasar di atas telah dipenuhi oleh masyarakat Susun Seri bahkan terkadang sedikit bertolak belakang dimana secara umum, biasanya suatu produk yang mencari pasar, tetapi dalam konteks budidaya ikan air tawar di dusun Seri, pasar yang mencari produk. Hampir dipastikan bahwa hasil budaya ikan oleh masyarakat di dusun Seri selalu dicari oleh masyarakat pembeli (dari etnis Jawa, Batak dan Cina).
Pembelinya yang mendatangi sambil berwisata mengelilingi sudut-susut rumah dan menyapa warganya yang ramah serta lingkungan yang asri dan sekaligus pulang membawa ikan untuk dikonsumsi maupun sebagai oleh-oleh wisata dari dusun Seri.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa berharganya suatu komoditi perikanan sangat berkaitan erat dengan kebiasaan, tradisi dan akhirnya berbudaya. Dalam mitologi bangsa Cina misalnya, ikan adalah simbol kelimpahan, kekayaan dan bahkan pengaruh sehingga mengkonsumsi ikan merefleksikan sebuah capaian kemakmuran dan kesejahteraan.
Terkadang ikan yang dicari juga bukan sembarang ikan, tetapi yang memiliki warna yang berkaitan dengan kultur masyarakatnya yang khas yaitu berwarna cerah (merah). Hal yang mirip juga ternyata dijumpai pada masyarakat Batak dari Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan kuliner ikan mas Arsik yang disajikan hanya pada acara-acara penting seperti pernikahan dan kelahiran.
Inilah dua contoh kehidupan masyarakat kita dengan latarbelakang yang berbeda yang telah lama menjadi langganan tetap terhadap hasil budidaya ikan air tawar di dusun Seri yang terus berkembang. Semoga catatan warna warni kehidupan masyarakat dusun Seri ini dapat menjadi batu penjuru dan menginspirasi masyarakat kepulauan kita di Maluku secara luas demi kesejahteraan bersama. Salam budidaya.
Penulis adalah Dosen Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Universitas Pattimura Ambon
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023