Ternate, 28/2 (Antaranews Maluku) - Pengamat Perikanan dan Kelautan dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Mahmud Hasan menilai pengembangan budi daya ikan air tawar di Maluku Utara kurang prospektif, karena masyarakat di daerah ini lebih menyukai ikan laut.
"Kalau pun mengembangkan budi daya air tawar hanya untuk jenis ikan tertentu, seperti ikan mujair dan ikan nila, tetapi itu pun tidak bisa dalam skala besar karena potensi pasarnya di daerah ini sangat kecil," katanya di Ternate, Rabu.
Ia menyampaikan hal itu menganggapi adanya program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk memberikan bantuan budi daya ikan air tawar, di antaranya budi daya ikan lele bioflok dan mina padi di berbagai daerah di Indonesia.
Program budi daya ikan air tawar itu, lebih cocok diarahkan di wilayah Jawa, Sumatera dan Kalimantan, karena potensi pengembangannya sangat besar, selain itu masyarakat setempat juga menyukai ikan air tawar, ujarnya.
Menurut dia, budidaya perikanan yang harus didorong di Maluku Utara adalah budidaya ikan laut seperti ikan kerapu, ikan kakap, budidaya udang dan rumput laut, karena selain potensi pengembangannya yang sangat besar, juga selama ini sudah dilakukan nelayan setempat.
"Di Maluku Utara banyak nelayan yang ingin mengembangkan usaha budidaya ikan keparu, ikan kakap, udang dan rumput laut, tetapi terbentur dengan keterbatasan modal, oleh karena itu KKP harus membantu dengan mengalokasikan modal usaha kepada mereka,"katanya.
Mahmud Hasan menyatakan hal yang harus dilakukan KKP untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi perikanan di Maluku Utara adalah memberikan bantuan sarana penangkapan kepada nelayan setempat, seperti kapal ikan, bagang ikan dan pajeko.
Potensi perikanan di Maluku Utara mencapai 1 juta ton lebih per tahun dengan potensi lestari 500ribu ton per tahun, namun dari potensi itu yang dimanfaatkan baru sekitar 30 persen, di antaranya karena keterbatasan sarana penangkapan yang dimiliki nelayan setempat.