Ambon (Antara Maluku) - Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto bersama Wakil Ketua MPR, Melani Leimena Suharli, Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu meletakkan batu pertama pembangunan monumen pahlawan nasional dr Johanes Leimena di desa Poka, kecamatan Teluk Ambon, Jumat.

Monumen pahlawan nasional di pertigaan kawasan Durian Patah-Poka-Laha itu berada di atas areal seluas 704 meter persegi, sedangkan patungnya terbuat dari perunggu setinggi lima meter.

Wali kota Ambon, Richard Louhenapessy, yang hadir dalam acara tersebut, menyatakan bahwa patung dr Leimena yang akrab dipanggil Om Jo akan didirikan di atas tugu sembilan sisi dan didukung lima bidang lingkaran yang melambangkan budaya masyarakat Maluku "Pata Siwa dan Pata Lima.

Pembangunan monumen itu dijadwalkan selesai 6 Maret 2012 bertepatan hari lahirnya Om Jo. Pahlawan ketiga Maluku itu lahir di Desa Emma, Kecamatan Leitimur Selatan, Abon pada 6 Maret 1905 dan meninggal dunia dalam usia 72 tahun di Jakarta pada 29 Maret 1977.

Melani Leimena Suharli selaku ahli waris menyatakan gelar pahlawan nasional yang diberikan kepada ayahnya itu merupakan buah karya dari perhatian dan dukungan serius pemerintah Pusat dan Maluku serta seluruh masyarakat di daerah ini.

"Terima kasih untuk seluruh masyarakat Maluku, pemerintah daerah, dan terkhusus generasi muda yang turut berjuang keras sehingga almarhum ayah saya dapat ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai Pahlawan nasional," katanya.

Dia mengakui perjuangan memperoleh gelar pahlawan nasional sudah dimulai sejak tahun 2005.

Menurut dia, Pemprov Maluku terlibat aktif memperjuangkan ayahnya memperoleh gelar pahlawan nasional, sementara pimpinan dan anggota DPRD Maluku yang ramai-ramai datang ke Jakarta untuk menyerahkan data dr Leimena di Kementerian Sosial.

"Perjuangan ini membuktikan akan kepedulian dan rasa hormat seluruh komponen masyarakat Maluku yang menghargai pengabdian dan jasa ayah saya untuk memajukan bangsa dan negara tercinta, sehingga akhirnya diberikan gelar pahlawan nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," katanya.

Meilani juga menyatakan sangat bersyukur karena rumah peninggalan dr Leimena di desa Emma bisa direhabilitasi oleh pemerinta daerah.

Dia berharap monumen Johanes Leimena dapat menggelorakan semangat masyarakat Maluku, khususnya generasi muda, untuk terus berjuang membangun bangsa dan negara serta daerah ini.

"Mudah-mudahan mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon akan termotivasi dengan kehadiran monumen ayah saya di lingkungan kampusnya. Saya berharap mereka terus berkarya dan belajar keras untuk meningkatkan potensi dan kualitas diri, guna membangun daerah ini menjadi sejahtera dan berkeadilan di masa mendatang," katanya.

Dokter J. Leimena adalah tokoh asal Maluku yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden pada 2010 lalu, melalui keputusan No.52/TK tahun 2010. Leimena tercatat sebagai salah seorang yang berhasil menjadi menteri selama 21 tahun berturut-turut dalam 18 kabinet yang berbeda-beda dalam Orde Lama.

Ia juga orang yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan sebanyak 10 kali. Mulai dari kabinet Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947-11 Nopember 1947) hingga Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-24 Maret 1956).

Sepanjang kurun waktu tersebut, hanya pada empat periode kabinet Leimena tidak menjabat sebagai Menteri Kesehatan (Kabinet Darurat, Kabinet Hatta II, Kabinet Susanto, Kabinet Halim dan Kabinet Ali Sostroamijoyo).

Bahkan ketika menjadi salah satu tokoh Jong Ambon, J. Leimena masih menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Tangerang serta menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL.

Pada 1945, ia adalah salah satu penggagas berdirinya Partai Kristen Indonesia (Parkindo), yang akhirnya terbentuk lima tahun kemudian dan dr Leimena dipilih sebagai ketua umum. Ia memegang jabatan itu selama tujuh tahun (1950-1957).

Ketika gerakan Orde Baru berkuasa, dr Leimena mengundurkan diri dari menteri. Namun  ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) hingga 1973.

Hingga akhir riwayatnya, dr Leimena terus aktif di lembaga-lembaga Kristen yang pernah dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, dan STT. Ketika Parkindo menj adi satu dengan PDI (Partai Demokrasi Indonesia, kini PDI-P), ia pun turut diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat PDI.

Pewarta: James F. Ayal

Editor : James


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011