Ternate (Antara Maluku) - Mayarakat Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, ingin tetap menjadi bagian dari masyarakat adat Kesultanan Tidore, Maluku Utara, seperti pada masa pemerintahan Kesultanan Tidore masa lampau.
Kabag Humas dan Protokoler Kota Tidore Kepulauan (Tikep) Abas Mahmud mengatakan di Tidore, Jumat, sejumlah tokoh masyarakat dari Raja Ampat telah datang ke Tidore untuk menyampaikan hal tersebut kepada pihak Kesultanan Tidore.
Bahkan mereka telah meminta kepada Kesultanan Tidore untuk menghidupkan kembali peran Sangaji (wilayah adat) di Raja Ampat sekaligus melantik pemimpinnya (Sangaji), agar eksistensi masyarakat adat Kesultanan Tidore di daerah itu lebih kongkrit.
Menurut Abas Mahmud, pihak Kesultanan Tidore menyambut positif keinginan masyarakat Raja Ampat tersebut dan akan segera menindaklanjutinya, karena sesuai sejarah Kesultanan Tidore, Raja Ampat dulunya merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Tidore.
Dalam peta wilayah Kesultanan Tidore, Raja Ampat itu dikenal dengan nama Negeri Sembilan.
Nama itu disesuaikan dengna adanya Sembilan Sangaji (wilayah adat) di daerah itu, namun sejak berdirinya Negara Kesatuan RI, hubungan antara Kesultanan Tidore dengan Raja Ampat menjadi berkurang.
"Pemkot Tidore Kepulauan juga menyambut positif atas keinginan masyarakat Raja Ampat tersebut, oleh karena itu kita akan terus berusaha mempererat hubungan kerja sama, khususnya dalam bidang kebudayaan dengan pemkab Raja Ampat," kata Abas Mahmud.
Ia mengungkapkan, dalam berbagai kegiatan yang digelar oleh Pemkot Tikep, seperti penyelenggaraan Festival Tidore dan peringatan hari jadi Kota Tidore, Pemkab dan masyarakat Raja Ampat selalu diundang.
"Seperti pada peringatan hari jadi Ke-904 Kota Tidore tanggal 12 April 2012, sedikitnya ada sepuluh tokoh masyarakat dari Raja Ampat yang menghadiri acara itu atas undangan Pemkot Tikep," ujarnya.
"Mereka juga ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan budaya yang digelar Pemkot Tikep dalam memeriahkan hari jadi ke-904 Kota Tidore tersebut, seperti karnaval budaya dan berbagai kegiatan budaya lainnya yang digelar di Kedaton Kesultanan Tidore," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
Kabag Humas dan Protokoler Kota Tidore Kepulauan (Tikep) Abas Mahmud mengatakan di Tidore, Jumat, sejumlah tokoh masyarakat dari Raja Ampat telah datang ke Tidore untuk menyampaikan hal tersebut kepada pihak Kesultanan Tidore.
Bahkan mereka telah meminta kepada Kesultanan Tidore untuk menghidupkan kembali peran Sangaji (wilayah adat) di Raja Ampat sekaligus melantik pemimpinnya (Sangaji), agar eksistensi masyarakat adat Kesultanan Tidore di daerah itu lebih kongkrit.
Menurut Abas Mahmud, pihak Kesultanan Tidore menyambut positif keinginan masyarakat Raja Ampat tersebut dan akan segera menindaklanjutinya, karena sesuai sejarah Kesultanan Tidore, Raja Ampat dulunya merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Tidore.
Dalam peta wilayah Kesultanan Tidore, Raja Ampat itu dikenal dengan nama Negeri Sembilan.
Nama itu disesuaikan dengna adanya Sembilan Sangaji (wilayah adat) di daerah itu, namun sejak berdirinya Negara Kesatuan RI, hubungan antara Kesultanan Tidore dengan Raja Ampat menjadi berkurang.
"Pemkot Tidore Kepulauan juga menyambut positif atas keinginan masyarakat Raja Ampat tersebut, oleh karena itu kita akan terus berusaha mempererat hubungan kerja sama, khususnya dalam bidang kebudayaan dengan pemkab Raja Ampat," kata Abas Mahmud.
Ia mengungkapkan, dalam berbagai kegiatan yang digelar oleh Pemkot Tikep, seperti penyelenggaraan Festival Tidore dan peringatan hari jadi Kota Tidore, Pemkab dan masyarakat Raja Ampat selalu diundang.
"Seperti pada peringatan hari jadi Ke-904 Kota Tidore tanggal 12 April 2012, sedikitnya ada sepuluh tokoh masyarakat dari Raja Ampat yang menghadiri acara itu atas undangan Pemkot Tikep," ujarnya.
"Mereka juga ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan budaya yang digelar Pemkot Tikep dalam memeriahkan hari jadi ke-904 Kota Tidore tersebut, seperti karnaval budaya dan berbagai kegiatan budaya lainnya yang digelar di Kedaton Kesultanan Tidore," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012