Ambon (Antara Maluku) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon menyatakan korban meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor yang melanda daerah itu sebanyak delapan orang.

"Delapan orang dinyatakan meninggal dunia akibat bencana alam banjir dan longsor di Ambon sedangkan 10 orang luka-luka dan masih dirawat di sejumlah rumah sakit," kata Kepla BPBD Ambon, Tjokro Broery, Selasa.

Menurut dia, delapan warga yang meninggal yakni dua warga Ahuru, Air Besar, satu orang warga Galunggung, dua warga Batu Gajah, dua warga Batu Meja kecamatan Sirimau dan satu orang warga Desa Eri, kecamatan Nusaniwe.

"Dua warga Batu Meja tersebut ditemukan di kawasan Tanah Tinggi akibat terbawa arus sungai," katanya.

Sementara itu tujuh warga masih dalam proses pencarian tim yakni warga Ahuru satu orang, Batu Gajah satu orang, dan lima orang warga Batu Meja.

Korban luka-luka berat dan ringan sebanyak 10 orang saat ini masih dirawat di sejumlah Rumah Sakit yakni Bahkti Rahayu, Sumber Hidup dan RSUD Dr Haulussy Ambon.

Tjokro mengatakan, selain menimbulkan korban jiwa, banjir dan longsor mengakibatkan delapan rumah hanyut dan sekitar 80 rumah rusak berat.

"Sebanyak 900 unit rumah tergenang banjir, rumah rusak berat 80 unit dan 30 rumah rusak ringan," ujarnya.

Ia menjelaskan, pihaknya bersama anggota TNI, Polri, Basarnas, PMI, satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dan masyarakat telah melakukan penanganan darurat.

Bantuan tanggap darurat yang telah disalurkan berupa makanan siap saji, terpal, tikar, selimut, tenda dan matras.

"Bantuan langsung disalurkan ke sejumlah lokasi yang terendam banjir dan tertimbun longsoran tanah," kata Tjokro.

Tjokro menambahkan, hujan yang mengguyur provinsi Maluku khusunya Pulau Ambon adalah tipe lokal yang tidak dipengaruhi oleh angin muson dari Australia dan Asia, sehingga memiliki musim hujan seperti kebanyakan hujan di Indonesia pada November hingga April.

Musim hujan di Maluku dipengaruhi oleh sea surface temperature di perairan Maluku yang saat ini lebih dua derajat Celsius dari normal.

"Puncak hujan di provinsi itu terjadi pada Juli-Agustus sehingga kalender bencana di Maluku dan Maluku Utara berbeda dgn daerah lain di Indonesia," katanya.

Pewarta: Penina Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013