Sejumlah petani di Maluku Utara (Malut) bernapas lega, menyusul harga kopra di Ternate alami kenaikan dari Rp8 ribu menjadi Rp9 ribu per kg harga fuli dari Rp215 menjadi Rp218 ribu per kg.
"Selain harga kopra, harga kebutuhan lainnya seperti rempah-rempah pun mengalami kenaikan," kata Kepala Disperindag Halut Nyoter Koenoe di Ternate, Rabu.
Di Kabupaten Halmahera Utara misalnya, para petani kopra, karena harga yang dibeli pengusaha terus mengalami kenaikan dari Rp8.900 per kg menjadi Rp9 ribu per kg.
Ia menyebutkan hampir sebulan terakhir sejak dilakukan pantauan mulai dari 1 hingga 15 Mei 2024, harga kebutuhan masyarakat terkadang terjadi kenaikan dan penurunan yang terjadi seperti untuk Bahan Pokok Masyarakat (Bapokmas) seperti rempah-rempah, sayur-sayuran, dan juga beras, gula, kacang hijau dan bahan lainnya.
"Untuk harga barang kami terus melakukan pengawasan sejak awal hingga akhir bulan April ini dan dalam pantauan kami harga Bapokmas masih fluktuatif," ujarnya.
Nyoter mengatakan, dalam pengawasan untuk komoditi lainnya seperti Kopra, sejak berakhir bulan Ramadhan harga kopra terus mengalami kenaikan.
Petani sangat mengharapkan proses kenaikan harga. Apalagi proses pengerjaan kopra juga sangat sulit dan pengusaha kopra sejak beberapa Minggu terakhir ini terus menaikkan.
"Sebelumnya harga kopra di Eli pengusaha dengan harga Rp 8.900 kini telah naik menjadi Rp 9.000 per kg," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Kelas II Ternate, Willy Indra Yunan mengatakan, Provinsi Malut masuk lima besar daerah penghasil kelapa di Indonesia.
Menurut dia, Malut termasuk dalam lima provinsi penghasil kelapa terbesar di Indonesia dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi kelapa Maluku Utara pada 2022 mencapai 211,80 juta ton.
Menurut dia, berdasarkan data Karantina volume kopra yang keluar dari Maluku Utara mencapai 111 ribu ton sedangkan kelapa bulat 281 ton dan menjadi penyokong ekspor nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024
"Selain harga kopra, harga kebutuhan lainnya seperti rempah-rempah pun mengalami kenaikan," kata Kepala Disperindag Halut Nyoter Koenoe di Ternate, Rabu.
Di Kabupaten Halmahera Utara misalnya, para petani kopra, karena harga yang dibeli pengusaha terus mengalami kenaikan dari Rp8.900 per kg menjadi Rp9 ribu per kg.
Ia menyebutkan hampir sebulan terakhir sejak dilakukan pantauan mulai dari 1 hingga 15 Mei 2024, harga kebutuhan masyarakat terkadang terjadi kenaikan dan penurunan yang terjadi seperti untuk Bahan Pokok Masyarakat (Bapokmas) seperti rempah-rempah, sayur-sayuran, dan juga beras, gula, kacang hijau dan bahan lainnya.
"Untuk harga barang kami terus melakukan pengawasan sejak awal hingga akhir bulan April ini dan dalam pantauan kami harga Bapokmas masih fluktuatif," ujarnya.
Nyoter mengatakan, dalam pengawasan untuk komoditi lainnya seperti Kopra, sejak berakhir bulan Ramadhan harga kopra terus mengalami kenaikan.
Petani sangat mengharapkan proses kenaikan harga. Apalagi proses pengerjaan kopra juga sangat sulit dan pengusaha kopra sejak beberapa Minggu terakhir ini terus menaikkan.
"Sebelumnya harga kopra di Eli pengusaha dengan harga Rp 8.900 kini telah naik menjadi Rp 9.000 per kg," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Kelas II Ternate, Willy Indra Yunan mengatakan, Provinsi Malut masuk lima besar daerah penghasil kelapa di Indonesia.
Menurut dia, Malut termasuk dalam lima provinsi penghasil kelapa terbesar di Indonesia dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi kelapa Maluku Utara pada 2022 mencapai 211,80 juta ton.
Menurut dia, berdasarkan data Karantina volume kopra yang keluar dari Maluku Utara mencapai 111 ribu ton sedangkan kelapa bulat 281 ton dan menjadi penyokong ekspor nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024