Guru Besar Bidang Teknologi Pangan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Prof La Ega mengemukakan optimalisasi lahan sawah dan perkebunan dapat menekan risiko kekurangan beras di Maluku pada 2045.

"Untuk Maluku Emas tahun 2045, jika produksi beras  tidak ditingkatkan, maka kita mengalami kekurangan beras sebesar kurang lebih 128.602 ton per tahun atau setara Rp1,93 triliun. Namun bila 31.113 hektare potensi lahan sawah dimanfaatkan, maka kita hanya mengalami kekurangan beras sebesar 17.832 ton per tahun atau nilainya setara Rp267,48 miliar," kata Prof La Ega di Ambon, Rabu.

 La Ega menjelaskan hal itu berdasarkan data rata-rata produksi beras lokal Maluku selama lima tahun terakhir, sampai 2023 yang mencapai 69.000 ton per tahun  dihasilkan dari rata-rata lahan sawah tergarap seluas 21.248 hektare atau baru mencapai 68,29 persen dari potensi lahan sawah Maluku  seluas 31.113 hektare.    

"Saat ini kondisi yang kita hadapi adalah hasil produksi yang bila bandingkan dengan data kebutuhan beras  2023 sebesar 142.220 ton, maka saat ini Maluku masih mengalami kekurangan beras sebesar 73.220 ton (setara Rp1,1 triliun)," tuturnya.

Ia melanjutkan pada 2023, secara keseluruhan, bersama dengan komoditas pangan lain, Indikator prevalensi ketidakcukupan pangan Maluku mencapai 30,27 persen atau kategori sangat tinggi dan  masih lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya sebesar 8,53 persen berdasarkan data BPS dan Kementerian PPN/Bappenas 2023.  

"Kondisi ini menggambarkan bahwa kita masih jauh dari pencapaian tujuan SDGs ke-2 yaitu tanpa kelaparan," katanya.

Selanjutnya La Ega juga mengatakan bahwa komoditas berikutnya yang harus dioptimalkan yaitu bawang merah dan telur. 

Pada 2023 Maluku mengalami kekurangan produksi bawang merah sebesar 3.531 ton atau nilainya setara Rp124 miliar, sedangkan kekurangan produksi telur sebesar 5.663 ton atau nilainya setara Rp192 Miliar.  

"Dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,27 persen maka di  2045 kita mengalami kekurangan bawang merah sebesar kurang lebih 4.517 ton yang nilainya setara Rp203 Miliar, dan kekurangan telur sebesar 7.245, ton yang nilainya setara Rp307 Miliar," katanya menjelaskan.

Oleh sebab itu ia berharap pemerintah bersama instansi terkait dapat mengoptimalkan segala program untuk dapat memaksimalkan penggunaan lahan sawah dan perkebunan di Maluku demi ketahanan pangan di provinsi itu.

Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis

Editor : Ikhwan Wahyudi


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024