Ambon (Antara Maluku) - Membanjirnya buah durian asal Pulau Seram sejak awal Maret mengakibatkan harga buah ini anjlok di pasar Kota Ambon.
"Harga durian saat ini paling tinggi hanya Rp25.000 per buah. Itu ukuran besar, kalau yang kecil Rp5.000," kata Yopi Suitela (63), seorang petani durian asal negeri Suli, Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) di Ambon. Selasa.
Padahal, lanjutnya, harga sebelumnya berkisar Rp60.000 hingga Rp75.000 untuk ukuran besar, sedangkan yang kecil Rp10.000 - Rp15.000.
Ia mengaku kondisi tersebut membuat keuntungan pedagang musiman seperti dirinya berkurang.
"Apalagi sekarang ini sekitar 30 pohon durian milik saya sudah mulai kurang berbuah," katanya.
Yopi mengatakan buah durian dagangannya biasa dibeli oleh masyarakat sekitar dan warga yang kebetulan melintas di jalan dekat ia berjualan.
"Umumnya mereka menanyakan asal durian yang saya jual. Kalau dari daerah luar (Suli), jarang yang mau beli," katanya.
Seorang pembeli, NM, membenarkan bahwa durian Suli lebih enak rasanya meskipun harganya sedikit lebih mahal.
"Walau agak mahal saya tetap pilih durian Suli karena rasanya enak," katanya.
Yopi mengaku pohon durian yang ditanam di hutan tidak membutuhkan perawatan ekstra, penyiangan ataupun pemupukan, tetapi tumbuh alami.
Menurut dia, durian Maluku jarang diekspor ke luar negeri ataupun dijual antarpulau.
Yopi juga mengaku suka menyewa pohon durian milik orang lain saat masih berbunga.
"Sewa satu pohon Rp2,5 juta, tetapi bisa menghasilkan Rp7,5 juta dari penjualan sekitar 150 buah," katanya.
Jika musim durian berakhir, Yopi mengaku beralih ke profesi lama sebagai petani singkong, sagu.
"Saya juga menyadap enau untuk pembuatan sopi (Miras tradisional) dan gula aren, atau jualan kelapa muda," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014
"Harga durian saat ini paling tinggi hanya Rp25.000 per buah. Itu ukuran besar, kalau yang kecil Rp5.000," kata Yopi Suitela (63), seorang petani durian asal negeri Suli, Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) di Ambon. Selasa.
Padahal, lanjutnya, harga sebelumnya berkisar Rp60.000 hingga Rp75.000 untuk ukuran besar, sedangkan yang kecil Rp10.000 - Rp15.000.
Ia mengaku kondisi tersebut membuat keuntungan pedagang musiman seperti dirinya berkurang.
"Apalagi sekarang ini sekitar 30 pohon durian milik saya sudah mulai kurang berbuah," katanya.
Yopi mengatakan buah durian dagangannya biasa dibeli oleh masyarakat sekitar dan warga yang kebetulan melintas di jalan dekat ia berjualan.
"Umumnya mereka menanyakan asal durian yang saya jual. Kalau dari daerah luar (Suli), jarang yang mau beli," katanya.
Seorang pembeli, NM, membenarkan bahwa durian Suli lebih enak rasanya meskipun harganya sedikit lebih mahal.
"Walau agak mahal saya tetap pilih durian Suli karena rasanya enak," katanya.
Yopi mengaku pohon durian yang ditanam di hutan tidak membutuhkan perawatan ekstra, penyiangan ataupun pemupukan, tetapi tumbuh alami.
Menurut dia, durian Maluku jarang diekspor ke luar negeri ataupun dijual antarpulau.
Yopi juga mengaku suka menyewa pohon durian milik orang lain saat masih berbunga.
"Sewa satu pohon Rp2,5 juta, tetapi bisa menghasilkan Rp7,5 juta dari penjualan sekitar 150 buah," katanya.
Jika musim durian berakhir, Yopi mengaku beralih ke profesi lama sebagai petani singkong, sagu.
"Saya juga menyadap enau untuk pembuatan sopi (Miras tradisional) dan gula aren, atau jualan kelapa muda," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014