Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI George Toisutta menilai gelar adat yang dianugrahkan kepadanya oleh Majelis Latupati (pemangku adat) di Maluku merupakan amanah untuk diemban guna memajukan daerah ini. "Saya menerima kehormatan besar menyandang gelar adat "Kapitang Elake Pattilouw Manawa Kabaressy" (Pemimpin perang pria yang agung, gagah berani dan melindungi rakyatnya), sehingga merupakan amanah untuk mendorong kemajuan Maluku," katanya, di Ambon, Sabtu. Penyerahan gelar adat kepada Toisutta ditandai pemakaian baju kurung berwarna hitam khas Maluku, yang dirancang khusus seperti pakaian perang sebagaimana dikenakan Pahlawan Nasional asal Saparua Thomas Matulessy yang bergelar Kapitan (panglima perang) Patimura, oleh Gubernur Karel Albert Ralahalu selaku Pembina Majelis Latupatti Maluku. Baju, parang dan tameng yang diberikan kepada Kasad dirancang budayawan Chris Tamaela. Pengesahan gelar telah dilakukan sebelunya di Baileo (rumah adat) Desa Haria, Pulau Saparua, Maluku Tengah, melalui penandatanganan berita acara keputusan Saniri oleh seluruh Latupatti setempat pada Sabtu (14/5). "Amanah ini tidak ringan, tapi ini tangggung jawab yang diemban untuk nantinya bersama pemerintah mendorong percepatan pembangunan Maluku di masa mendatang," kata Kasad. Dia mengimbau semua komponen bangsa di Maluku agar mencerminkan patriotisme Kapitan Pattimura yang diperingati HUT ke- 193 pada 15 Mei 2010 dalam merealisir program pembangunan, pemerintahan dan pelayanan sosial. Menurut Kasad, patriotisme pantang mundur, tidak membedakan agama, berjuang untuk kepentingan nusa dan bangsa Indonesia tercinta akan memampukan Maluku dalam mengoptimalkan pengelolaan potensi sumber daya alam guna mensejahterakan rakyat. Ketua Majelis Latupati Maluku, Abdullah Malawat, mengemukakan gelar adat diberikan kepada Kasad, karena beliau merupakan orang Maluku pertama yang berhasil mencapai pangkat tertinggi di Angkatan Darat. "Ultimatum prajurit" Dalam kesempatan menghadiri peringatan Hari Pattimura, Kasad Toisuta juga mengultimatum prajurit Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) V Kodam XVI/Pattimura agar tidak mengulangi penyerangan ke perumahan warga di RT 006/02 Desa Poka, Teluk Ambon, 26 Februari lalu. "TNI harus dekat dengan rakyat dan jangan pernah menganggap rakyat sebagai lawan atau musuh," kata Toisuta, di Ambon, Sabtu. Ia menyatakan, ultimatum diperlukan karena selama ini ia sering mendapat laporan aksi kekerasan yang dilakukan anggota TNI-AD terhadap rakyat, termasuk penyerangan di Poka oleh prajurit Denzipur V yang menyebabkan sejumlah warga luka-luka dan belasan rumah rusak. "Jangan meniru aksi premanisme dari Zipur karena itu tidak menunjukkan jiwa sebagai tentara pejuang dan tentara rakyat. Ingat ya, ini peringatan terakhir saya. Catat itu," katanya. Menurut dia, anggota TNI yang berasal dari rakyat seharusnya bertindak melindungi, menjaga dan menjamin keamanan masyarakat,bukan sebaliknya melukai. Seluruh prajurit TNI juga DIminta untuk bersama-sama dengan masyarakat menjaga stabilitas keamanan di Maluku yang semakin kondusif  dan aman saat ini untuk menunjang berbagai program pembangunan yang sedang dilaksanakan. "Seluruh prajurit TNI diminta peka terhadap keadaan sekitar dan cepat mengidentifikasi masuknya orang-orang asing yang tidak memiliki kepentingan jelas di lingkungan masing-masing," katanya. Terkait pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di beberapa kabupaten di Maluku, KSAD minta prajurit TNI bersikap netral dan tidak memihak kepada calon mana pun, serta bersama Polri senantiasa bertindak tegas guna kelancaran dan suksesnya agenda politik itu. "Prajurit TNI harus bergandengan tangan dengan Polri untuk mengamankan pelaksanaan Pilkada yang akan berlangsung di beberapa kabupaten di Maluku, terutama menciptakan situasi kondusif dan aman, sehingga proses politik ini berjalan lancar dan sukses dan berdampak bagi kemajuan daerah," katanya.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010