Shariva Alaidrus

Ambon Antara Situs Hatusua merupakan salah satu lokus potensial untuk menemukan bukti-bukti arkeologis yang mampu menjelaskan okupasi manusia pada masa prasejarah di Pulau Seram, beserta aspek yang membentuk kompleksitasnya, kata Arkeolog Marlon Ririmasse dari Balai Arkeologi Ambon, di Ambon, Kamis.

"Jejak-jejak budaya manusia presejarah di Pulau Seram masih samar hingga saat ini, tapi situs Hatusua merupakan lokus potensial untuk menemukan bukti-bukti arkeologis yang dipandang mampu menjelaskan okupasi manusia prasejarah di sana," katanya.

Marlon mengatakan, kepulauan Maluku adalah bagian dari geografi luas Wallasea, kawasan perlintasan antara Daratan Besar Sunda di sebelah barat dan Daratan Besar Sahul di Timur, daerah yang menentukan penemuan bukti-bukti migrasi awal manusia prasejarah menuju Australia.

Sejauh ini bukti-bukti tertua okupasi manusia prasejarah di kepulauan tersebut baru ditemukan di bagian utara dan tenggara kepulauan Maluku, yakni di Gebe Maluku Utara dan Kepulauan Aru, berbeda dengan Pulau Seram yang secara geologi merupakan salah satu pulau tertua dan secara geografis menjadi daratan terbesar di Maluku.

"Kawasan situs Hatusua berada di pesisir selatan bagian barat Pulau Seram, secara administrasi merupakan bagian dari Kabupaten Seram Bagian Barat, dalam beberapa penelitian terakhir telah menunjukan adanya jejak budaya prasejarah di sana," katanya.

Lebih lanjut Marlon menjelaskan rekam penelitian di situs Hatusua dimulai oleh dua peneliti Inggris, Spriggs dan Miller pada 1976. Pada survei penjajakan tersebut ditemukan gua dengan indikasi arkeologis di dalamnya, termasuk jejak penguburan kuno di Gua Pintu Tujuh yang ada dalam kawasan situs.

Selepas itu, ekskavasi pertama dilakukan pada 1991 oleh Starks dan Latinis, takala kedua peneliti dari Universitas Hawaii tersebut bergabung dalam tim peneliti Indonesia - Amerika Serikat melakukan studi tentang pangan lokal di Pulau Seram. Hasil penggalian mereka memberikan data kronologi situs kurang lebih 1.000 tahun silam atau mewakili masa palaeometalik.

Kemudian Balai Arkeologi Ambon meninjau situs itu pada 2006, ketika melakukan serangkaian survei potensi purbakala di wilayah Seram Bagian Barat. Studi atas situs Hatusua lalu dilanjutkan pada 2009 dengan ekskavasi yang dilakukan di lahan terbuka di sebelah selatan kawasan situs.

"Ekskavasi yang dilakukan pada 2009, ditemukan kerangka manusia dengan jejak penguburan tempayan, di mana bekal kubur berupa tempayan diletakan di bagian tempurung lutut dan sebagai alas kepala si mati, namun tidak diperoleh data kronologi maupun analisis lebih lanjut dari hasil studi tersebut," katanya.
  

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014