Ternate (Antara Maluku) - Warga Ternate, Maluku Utara (Malut) meminta kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate tidak menaikkan harga Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak tanah.

"Warga sekarang sudah terbebani dengan dampak kenaikan harga premium dan solar, seperti naiknya kebutuhan pokok, jadi jangan lagi dibebani dengan naiknya HET minyak tanah," kata salah seorang warga Ternate, Suriani di Ternate, Selasa, menanggapi rencana Pemkot Ternate menaikan HET minyak tanah dari Rp3.200 menjadi Rp3.500 per liter.

Warga Ternate dan daerah lainnya di Malut masih mengandalkan minyak tanah sebagai bahan bakar rumah tangga, karena daerah ini belum masuk dalam wilayah pengalihan bahan bakar minyak tanah ke gas.

Ia mengatakan, pemkot justru seharusnya melakukan pengawasan di lapangan, karena banyak pengecer yang justru menjual minyak tanah diatas HET, bahkan tidak sedikit pula pangkalan minyak tanah yang menjual minyak tanah untuk rumah tangga ke pihak industri.

Akibatnya warga sering kesulitan mendapatkan minyak tanah di pangkalan dan terpaksa harus membeli minyak tanah di pengecer dengan harga jauh diatas HET, yakni sampai Rp5.000 per liter, bahkan menjelang hari raya, seperti lebaran dan Natal bisa mencapai Rp7.500 per liter.

Sementara itu Kabag Ekonomi Pemkot Ternate Nurhasanah ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa Pemkot Ternate dalam waktu dekat akan menaikan HET minyak tanah dari Rp3.200 per liter menjadi Rp3.500 per liter.

Dasar menaikan HET minyak tanah itu adalah adanya surat dari Pertamina mengenai peninjauan ulang HET minyak tanah serta permintaan dari agen minyak tanah, karena walaupun minyak tanah tidak naik, agen harus mengeluarkan biaya operasional lebih besar untuk pembelian suku cadang dan naiknya harga BBM.

"Untuk mengangkut minyak tanah dari Pertamina ke pangkalan, agen harus menggunakan mobil tangki yang bahan bakarnya premium atau solar. Jadi otomatis biaya operasionalnya naik," katanya.

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014