Ambon (ANTARA) - Tenda pedagang kaki lima kuliner malam di kawasan Jalan Yos Sudarso, Ambon, malam itu tampak ramai. Pengunjung datang silih berganti untuk sekedar menikmati aneka makanan laut yang dijajakan para pedagang di pusat kuliner.
Para pedagang tampak beradu promosi dan cara cepat melayani pembeli yang mampir di tenda yang rata-tata berukuran 4×4 meter persegi, untuk menikmati masakan yang dipesan.
Di pusat kuliner malam banyak pedagang menjual aneka makan seperti ayam lalapan, nasi goreng dan beragam jenis ikan laut yang akan digoreng.
Dari satu tenda ke tenda lainnya, tampak api berwarna biru menyala dari dapur pedagang. Rata-rata mereka sudah menggunakan kompor gas untuk memasak berbagai pesanan pelanggan.
Para pedagang mengaku bisa lebih cepat dan lincah menggoreng ayam, tahu dan tempe atau aneka sayuran dan menjadi lebih cepat matang dengan menggunakan kompos gas, sehingga warga tidak menunggu lama untuk menyantap pesanannya.
Penggunaan kompor gas memberi banyak manfaat termasuk bagi pedagang kuliner. Selain lebih mudah dinyalakan, waktu yang diperlukan untuk memasak pun jauh lebih cepat daripada menggunakan kompor minyak tanah.
"Masakan lebih cepat matang sempurna, memasak lebih mudah dan yang pasti panci dan wajan juga tidak kotor, mudah dibersihkan dibanding menggunakan kompor minyak tanah," kata Abdul, salah satu pedagang kuliner di Ambon.
Layanan "Ant Man"
Para pedagang kuliner sebelumnya banyak menggunakan kompor minyak tanah untuk berjualan. Tapi, seiring berjalannya waktu mereka mulai beralih ke kompor gas karena dinilai lebih efisien dan hemat biaya.
Para pedagang menggunakan kompor gas awalnya takut karena dibayangi kasus ledakan tabung gas di berbagai daerah. Namun, perlahan ketakutan itu mulai terkikis dengan sosialisasi peralihan penggunaan minyak tanah ke gas elpiji oleh PT Pertamina. Peralihan penggunaan minyak tanah ke Liquified Petroleum Gas (LPG) Non-Subsidi dianggap sebagai bahan bakar ramah lingkungan.
"Awalnya saya sendiri masih khawatir menggunakan kompor gas, karena takut tabung gas bocor dan tiba-tiba meledak jika salah pasang regulator. Tapi, lama-kelamaan saya merasa nyaman menggunakan kompor gas," kata Abdul.
Kepercayaan masyarakat Ambon dan Maluku pada umumnya menggunakan gas elpiji tidak terlepas dari sosialisasi dan demonstrasi yang digencarkan oleh PT Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, terutama menyangkut keamanan penggunaan gas elpiji.
Perubahan kondisi ekonomi pun turut mengubah gaya hidup masyarakat secara perlahan. Masyarakat dengan gaya hidup saat ini diperkenalkan dengan penggunaan peralatan modern dan mudah dalam penggunaan untuk mendukung kehidupan sehari-hari.
Sales Manajer PT Pertamina Patra Niaga Cabang Ambon, Wahyu Purwatmo mengakui bahwa masyarakat di Maluku, khususnya Kota Ambon, masih banyak menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak, dibanding elpiji. Padahal, elpiji memiliki banyak keunggulan. Selain hemat, aman, juga praktis dalam penggunaan.
Perbandingan antara dua jenis bahan bakar penunjang kebutuhan rumah tangga itu yakni tujuh liter minyak tanah setara dengan satu kilogram elpiji. Jika rata-rata masyarakat menggunakan 40 liter minyak tanah dalam sebulan, setara dengan 5,5 kg elpiji.
Pertamina mempunyai produk bright gas dengan varian tabung ukuran 5,5 kg, 12 kg dan 50 kg. Salah satu keunggulan bright gas adalah dilengkapi keamanan dobel (Double Spindle Valve System). Jadi, tidak hanya satu spindel atau katup, tapi dua katup.
Oleh karena itu, Pertamina terus gencar melakukan sosialisasi dengan sasaran Aparatur Sipil Negara (ASN), ibu rumah tangga, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ke berbagai tempat, termasuk ke kampung nelayan di Kota Ambon.
Pertamina Patra Niaga mengajak pelaku UMKM di Kota Ambon untuk beralih dari minyak tanah ke LPG Non-Subsidi bahan bakar ramah lingkungan. Elpiji ini telah dilengkapi teknologi yang lebih canggih sehingga lebih aman dan nyaman saat digunakan.
Pertamina sebagai salah satu BUMN berupaya membantu masyarakat melalui Layanan Antar Pasang (Ant-Man). Dengan strategi layanan Ant-Man diharapkan dapat menghilangkan pandangan negatif masyarakat untuk beralih dari minyak tanah ke gas.
Tujuan program ini untuk mengajak masyarakat golongan mampu beralih dari penggunaan minyak tanah, menjadi konsumen baru elpiji.
Konsumen baru akan diberikan layanan tambahan antar dan pasang di rumah, sehingga tidak perlu khawatir saat menggunakan elpiji, karena petugas akan membantu mengantar dan memasangnya sehingga aman untuk digunakan.
Layanan Ant-Man ini ditangani langsung oleh teknisi yang cakap dan terampil untuk memasang selang regulator dari kompor ke tabung, sekaligus mengajarkan bagaimana cara mengatasi bahaya kebakaran.
Layanan Ant-Man selain ditangani teknisi Pertamina, layanan ini pun menjamin minimnya terjadi kebakaran akibat kebocoran dan ledakan tabung gas, sehingga lebih mengurangi keraguan konsumen akan penggunaan gas.
Dengan layanan ini konsumen cukup menunggu petugas datang, dipasang dan selanjutnya elpiji bright gas siap digunakan. Teknologi double spindle valve system membuat gas elpiji saat ini lebih aman dalam penggunaan.
Selain layanan Ant-Man, Pertamina saat ini juga memberikan promosi paket kompor, regulator dan tabung bright gas 5,5 kg senilai Rp500 ribu yang bagi ASN, pelaku UMKM dan nelayan di Kota Ambon.
Konsumen hanya membayar Rp500 ribu sudah bisa mendapatkan kompor satu tungku, selang regulator dan juga tabung 5,5 kg, serta bonus pengantaran dan pemasangan oleh petugas.
Dukungan pemerintah
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rasio penggunaan gas rumah tangga di Provinsi Maluku merupakan yang terendah secara nasional pada 2022, yakni 1,45 persen, atau terendah dari seluruh provinsi di Indonesia.
Data tersebut menunjukkan penggunaan gas elpiji tingkat rumah tangga di wilayah timur Indonesia khususnya Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat masih rendah dibandingkan di bagian barat.
Namun demikian, keberadaan Terminal Liquified Petroleum Gas (LPG) Wayame di Kota Ambon berkapasitas total 2.000 metrik ton (MT) diharapkan dapat membantu masyarakat di Provinsi Seribu Pulau mendapatkan elpiji dengan harga dan ketersediaan stok yang terjamin. Terminal LPG yang dibangun di Wayame berkapasitas 2x1.000 MT dengan ketahanan mencapai 100 hari.
Keberadaan terminal elpiji di Ambon membuat masyarakat bisa menikmati elpiji dengan harga yang sama dengan di Pulau Jawa, karena tidak perlu menunggu kiriman gas dari Surabaya, tetapi bisa diisi langsung di Ambon.
Penjabat Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena mengajak ASN di "Kota Manise" untuk beralih dari menggunakan minyak tanah ke elpiji. Apalagi produksi minyak tanah kini semakin sedikit. ASN yang memiliki pendapatan tetap, tidak lagi menggunakan bahan bakar bersubsidi, saatnya beralih ke non-subsidi.
Program konversi minyak tanah ke gas memang belum secara resmi diberlakukan di Ambon. Sebagian besar masyarakat masih menggunakan minyak tanah. Namun, dengan sosialisasi yang masif, masyarakat diharapkan akan segera beralih menggunakan elpiji.
ASN di Ambon harus menjadi contoh untuk tidak lagi menggunakan minyak tanah, minimal dimulai dari pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Ambon. "Saatnya beralih ke bahan bakar non-subsidi supaya masyarakat kecil bisa gunakan. Jangan takut menggunakan elpiji karena aman dan praktis," kata Bodewin Wattimena menandaskan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengubah selera konsumsi warga Maluku dari minyak tanah ke elpiji