Menteri Pertanian (Mentan) Suswono akan membuka seminar internasional tentang sagu dan rempah untuk ketahanan pangan yang dijadwalkan di Ambon pada 28 Juli 2010. Ketua panitia pelaksana, Syuryadi Sabirin, ketika dikonfirmasi ANTARA, di Ambon, Selasa, mengatakan bahwa Mentan dijadwalkan tiba Selasa (27/7) sore untuk membuka seminar tersebut, sebagai rangkaian dari Sail Banda yang pesertanya telah dilepas Menko Kesra, Agung Laksono di dermaga Cullen Bay Darwin, Australia Utara pada 24 Juli 2010. Seminar itu bertujuan menghimpun informasi hasil-hasil kajian tentang sagu dan rempah dari para peneliti, perguruan tinggi, organisasi profesi maupun pemerhati. Selain itu menghimpun informasi tentang pemasaran produk hasil olahan sagu dan rempah dari pengusaha, organisasi profesi maupun pemerhati serta merumuskan rencana tindak lanjut pengembangan komoditas sagu, pala dan cengkeh, baik dari aspek teknologi budidaya sampai pengolahan dan pemasaran dalam mendukung program ketahanan/ keamanan pangan. Seminar akan mengulas topik tentang produksi, pemanfaatan teknologi, pengolahan dan pemasaran sagu, pala dan cengkeh. Syuryadi yang juga Kepala Badan Ketahanan Pangan Maluku itu mengisyaratkan Kegiatan ini juga menjadwalkan pertemuan bisnis antara pelaku usaha ( eksportir dan importir) dengan Pemprov Maluku dengan harapan terjalin kesepakatan strategis bagi komoditas sagu dan rempah. "Kami juga menghadirkan perutusan Badan Ketahanan Pangan dari Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Papua dan Papua Barat," ujarnya. Perutusan dari Kementerian Pertanian, Perdagangan, BUMN, Koperasi dan UKM, Daerah Tertinggal, Pembangunan dan Bappenas, Perindustrian serta Kadin Indonesia, industri/ pengusaha makanan minuman maupun eksportir rempah. "Kami sebenarnya juga mengundang perwakilan negara sahabat seperti Australia, Selandia Baru, Timor Leste, PNG, Singapura, Jepang, Malaysia, China, Brunai Darusalam, Belanda dan Grenada," ujar Syuryadi. Seminar akan menampilkan pakar sagu dari Jepang, Prof DR Horoshi Ehara, DR Jong Fok Shoon (Malaysia) dan Prof DR H Bintoro Joefrie MSc dari Institut Pertanian Bogor (IPB). "Direktur Badan Pangan Dunia (FAO) perwakilan Indonesia Mon Ho So sebenarnya berminat hadir, namun sayangnya terbentur jadwal kegiatannya yang padat," kata Syuryadi. Dia mengharapkan melalui seminar ini diarahkan mempromosi dan mendiseminasi kepada dunia internasional soal prospek sagu dan rempah yang merupakan penyebab terjadinya penjajahan. "Maluku memiliki lahan sagu seluas 31 ribu hektare dengan produksi sekitar 25 ton per hektare per tahun sehingga bisa dimanfaatkan untuk sumber karbohidrat , bahan baku industri dan bioetanol. Sedangkan pala 10.687 hektare dengan produksi 3.297 ton per tahun dan cengkih 35.481 hektare yang produksinya 13.081 ton per tahun," ujar Syuryadi Sabirin.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010