Ambon, 21/10 (Antara Maluku) - Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Donny Monardo mengatakan, program emas biru dan emas hijau sangat strategis dalam membantu mensejahterakan msyarakat di daerah inii yang banyak memiliki potensi kekayaan alam di bidang kehutanan, kelautan, dan perikanan.

"Adapun dasar yang dijadikan sebagai referensi adalah program pemerintahan Presiden Jokowi yang disebut dengan nawacita dan salah satu butirnya adalah membangun Indonesia dari pinggiran dimana Kepulauan Maluku yang bagian selatan itu berada pada daerah terluar wilayah nasional," kata Pangdam di Ambon, Selasa.

Penegasan Pangdam disampaikan dalam acara simposium sehari tentang strategi pengembangan masyarakat wilayah kepulauan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi daerah yang diselenggarakan DPRD Maluku.

Ketersediaan pangan sangat penting bagi penduduk dan konsumsi pangan serta gizi yang cukup sehingga menjadi basis pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Kemudian sejumlah MoU telah disepakati antara pimpinan TNI dengan sejumlah kementerian dan terakhir antara mntan Pangdam XVI/Pattimura Myjen TNI Wiyarko dengan Gubernur Maluku.

"Saya dikunjungi rombongan DPRD Maluku dipimpin wkail ketunya, Richard Rahakbauw menawarkan sebuah kerja sama antara DPRD dengan Kodam Pattimura karena melihat potensi yang sedang kami lakukan terkait peningkatan SDM lewat bidang pelatihan," ujar panglima.

Kodam Pattimura hanya minta berikan kesempatan melatih mahasiwa, pelajar, dam masyarakat yang berminat untuk meningkatkan kemampuan mereka di bidang usaha khususnya dalam rangka mendapatkan sebuah keuntungan luar biasa dari hasil kehutanan dan budidaya perikanan.

Sasaran yang diinginkan di sini adalah tercapainya ketahanan nasional dandidukung sejumlah pihak yang punya keahlian di bidangnya seperti Balai Penangkaran dan Bubidya Perikanan, SUPM Negeri Waiheru Ambon, maupun ketua ikatan sarjana perikanan Maluku yang masuk dalam tim kerja.

Begitu juga di bidang kehutanan, Kodam Pattimura dibantu pihak Dinas Kehutanan Maluku.

"Kenapa TNI bisa terjun dalam masalah ini, bagi kami tentu tidak bisa terlalu jauh masuk di dalam substansi bisnis ekonomi karena sesuai UU nomor 34 tahun 2004 yang menegaskan TNI adalah prajurit profesional yang dilatih dan dididik secara khusus, dibiayai negara dan tidak boleh berbisnis," tegas mantan Danjen Kopasus ini.

Luas daratan Maluku kurang dari delapan persen dengan tingkat kemiskinan cukup tinggi sebenarnya dapat diatasi dengan program emas biru dan emas hijau dengan potensi kekayaan alam melimpah.

Teluk Jakarta Jakarta yang relatif mulai tercemar terdapat ribuan keramba, jaring apung, dan ribuan bagan yang bisa menghidupi puluhan ribu masyarakat di pusat ibu kota negara itu, sementara di Teluk Ambon yang jernih dan bersih tetapi tidak ada kegiatan usaha di kawasan itu.

Ketika berkunjung ke sejumlah daerah di Indonesia, hampir semua waduk dipenuhi dengan keramba ikan dan jaring apung, terasuk danau-danau air tawar dan air asin seperti dana toba dan Takengon-Aceh.

Sama halnya di Sulawesi Tenggara, Bali, dan Jawa Timur juga ada budi daya ikan kerapu.

"Saya mendapat ilham dari seorang PNS Kodam Pattimura, Jefri yang sejak tahun 2009 mengumpulkan sampah pplastik dan botol bekas di laut sampai sempat dicemooh jadi pemulung tetapi dia tidak surut mentalnya sehingga saat ini sudah memiliki rumah sendiri, punya tempat kos 12 kamar dan anaknya sekolah di kedokteran Unpatti," ujar Pangdam.

Samahalnya dengan potensi kekayaan alam laut yang dikelola secara baik akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat karena membuka kesempatan kerja sehingga dikatakan sebagai program emas biru.

Kemudian untuk program emas hijau, kata Pangdam, bisa dikembangkan program penanaman pohon endemik bernilai ekonomis pada lahan-lahan kosong seingga delapan tahun kedepan sudah bisa dipanen dan meningkatkan ekonomi warga.

"Negara-negara Skandinavia bisa memiliki devisa besar dari hasil hutan, padahal lahannya tidak seluas di Maluku," jelas Pangdam.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015