Ternate, 29/11 (Antara Maluku) - Perusahaan Daerah Kie Raha Mandiri (KRM) menggarap usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur untuk membantu mengurangi ketergantungan Provinsi Maluku Utara dari produksi daging ayam dan telur asal daerah lain.
Direktur Pemasaran Perusda KRM Dino Umahuk di Ternate, Minggu, mengatakan pemenuhan kebutuhan daging ayam dan telur di Malut selama ini sebagian besar harus didatangkan dari daerah lain, seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.
Produksi usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur di Maluku Utara sangat terbatas.
Kondisi itu mengakibatkan harga daging ayam dan telur di Malut cukup mahal jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia, bahkan jika pasokan dari luar Malut terlambat harganya bisa melonjak sampai 50 persen dari harga normal.
Ia mencontohkan, harga daging ayam yang normalnya Rp30.000 per ekor jika pasokan dari luar Malut terlambat bisa melonjak menjadi Rp35.000 per ekor, bahkan jika bertepatan dengan hari raya seperti lebaran Idul Fitri atau Idul Adha bisa mencapai diatas Rp40.000 per ekor.
Oleh karena itu, Perusda KRM sebagai salah satu badan usaha milik Pemprov Malut merasa terpanggil untuk mengatasi hal itu dengan mengembangkan usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur di Kabupaten Halmahera Barat, yang pada tahap pertama bisa menghasilkan 10.000 ekor ayam pedaging dan 20.000 telur setiap bulan.
"Usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur tersebut akan dilengkapi dengan usaha pabrik pakan ternak sehingga selain bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak sendiri juga bisa membantu memenuhi kebutuhan pakan ternak para pengusaha peternakan ayam lainnya di daerah ini," katanya.
Investasi yang disiapkan Perusda KRM untuk pembangunan usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur serta usaha pakan ternak tersebut sebesar Rp5 miliar, yang berupakan dana penyertaan dari Pemprov Malut melalui APBD tahun anggaran 2015.
Ia menambahkan, Perusda KRM juga menjajaki usaha baru di bidang pengembangan perkebunan tebu di Kabupaten Halmahera Timur serta kerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Malut dalam penangganan hasil tangkapan nelayan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015
Direktur Pemasaran Perusda KRM Dino Umahuk di Ternate, Minggu, mengatakan pemenuhan kebutuhan daging ayam dan telur di Malut selama ini sebagian besar harus didatangkan dari daerah lain, seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.
Produksi usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur di Maluku Utara sangat terbatas.
Kondisi itu mengakibatkan harga daging ayam dan telur di Malut cukup mahal jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia, bahkan jika pasokan dari luar Malut terlambat harganya bisa melonjak sampai 50 persen dari harga normal.
Ia mencontohkan, harga daging ayam yang normalnya Rp30.000 per ekor jika pasokan dari luar Malut terlambat bisa melonjak menjadi Rp35.000 per ekor, bahkan jika bertepatan dengan hari raya seperti lebaran Idul Fitri atau Idul Adha bisa mencapai diatas Rp40.000 per ekor.
Oleh karena itu, Perusda KRM sebagai salah satu badan usaha milik Pemprov Malut merasa terpanggil untuk mengatasi hal itu dengan mengembangkan usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur di Kabupaten Halmahera Barat, yang pada tahap pertama bisa menghasilkan 10.000 ekor ayam pedaging dan 20.000 telur setiap bulan.
"Usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur tersebut akan dilengkapi dengan usaha pabrik pakan ternak sehingga selain bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak sendiri juga bisa membantu memenuhi kebutuhan pakan ternak para pengusaha peternakan ayam lainnya di daerah ini," katanya.
Investasi yang disiapkan Perusda KRM untuk pembangunan usaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur serta usaha pakan ternak tersebut sebesar Rp5 miliar, yang berupakan dana penyertaan dari Pemprov Malut melalui APBD tahun anggaran 2015.
Ia menambahkan, Perusda KRM juga menjajaki usaha baru di bidang pengembangan perkebunan tebu di Kabupaten Halmahera Timur serta kerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Malut dalam penangganan hasil tangkapan nelayan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015