Ternate, 14/2 (Antaranews Maluku) - Pemerintah Provinsi Maluku Utara diminta mendorong tumbuhnya usaha peternakan ayam ras, baik ayam ras petelur maupun ayam ras pedaging di daerah setempat, untuk mengurangi ketergantungan ayam dari provinsi lain.
"Kebutuhan ayam potong dan telur ayam ras di Malut sebagian besar harus didatangkan dari provinsi lain seperti dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, karena usaha peternakan ayam ras petelur dan pedaging di Malut belum berkembang," kata anggota Komisi III DPRD Malut, Irfan Umasugi di Ternate, Rabu.
Sesuai data dari Karantina Pertanian Ternate, Malut setiap tahun mendatangkan ayam potong, yang semuanya dalam bentuk daging ayam beku dari provinsi lain sebanyak 4000 ton lebih, sedangkan telur ayam ras sebanyak 20ribu ton lebih.
Menurut dia, kondisi itu mengakibatkan Malut rawan mengalami lonjakan harga daging ayam potong dan telur ayam ras, terutama jika pasokannya terlambat akibat gangguan cuaca dan bertepatan dengan hari besar keagamaan.
Seperti pada akhir 2017 lalu, yang bertepatan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru, harga telur ayam ras di Ternate yang normalnya Rp1.600 per butir melonjak sampai Rp4.000 per butir.
Oleh karena itu, kata Irfan Umasugi, usaha peternakan ayam ras petelur dan ayam ras pedaging harus ditumbuhkan di Malut, dengan mendorong para pengusaha untuk mengembangkan usaha itu dalam skala besar.
Pemprov Malut, termasuk pemerintah kabupaten/kota harus melakukan berbagai trobosan untuk mendorong pengusaha mengembangkan usaha peternakan ayam ras petelur dan pedaging di Malut, misalnya memberikan kemudahan perizinan dan berbagai fasilitas lainnya.
"Melihat besarnya potensi pasar daging ayam potong dan telur ayam ras di Malut pasti akan menjadi daya tarik bagi pengusaha untuk mengembangkan usaha peternakan ayam ras di Malut, jadi tinggal bagaimana pemerintah daerah setempat meyakinkan mereka untuk mengembangkan usaha itu di Malut," katanya.