Sampah terlihat semakin mencemari perairan laut di Ternate, Maluku Utara (Malut), sehingga jika tidak segera diatasi akan mengancam kelangsungan hidup berbagai biota di dalamnya.

Tidak itu saja, sampah di perairan Ternate itu, terutama yang mengapung di permukaan air laut, semakin membahayakan keselamatan transportasi laut, khususnya armada speed boat yang mengangkut penumpang dari Ternate ke pulau terdekat, dari Tidore atau sebaliknya.

Salah seorang pengemudi speed boat yang melayani rute Pelabuhan Bastiong Ternate-Pelabuhan Rum Tidore, Samsul, mengaku selama ini speed boat-nya sering mengalami mati mesin dalam pelayaran dari Ternate ke Tidore atau sebaliknya, karena baling-baling kapal cepat itu terlilit sampah.

Keberadaan sampah di perairan Ternate jika dibiarkan akan menghambat program pengembangan perairan Ternate sebagai salah satu kawasan wisata bahari unggulan daerah ini untuk menarik kunjungan wisatawan.

Pemkot Ternate dalam dua tahun terakhir terus membangun berbagai fasilitas di sejumlah lokasi di pantai di Ternate, seperti di Pantai Falajawa dan Pantai Mangga Dua untuk memberi kenyamanan kepada wisatawan, tetapi semua itu dipastikan tidak akan ada manfaatnya kalau perairan di sekitarnya masih diselimuti sampah.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kota Ternate Ud Mahmud tidak menampik banyaknya sampah di perairan pantai di Ternate itu dan umumnya merupakan sampah warga yang dibuang ke kali dan ke drainase, kemudian hanyut ke laut terbawa arus air saat hujan.

Pemkot Ternate sudah membangun Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah di seluruh kawasan permukiman warga, juga telah menyediakan bak sampah di seluruh area publik, seperti taman dan tempat-tempat tertentu.

Warga yang rumahnya berada di jalur yang dilewati mobil pengangkut sampah juga diberi toleransi untuk menempatkan sampah yang sudah dimasukan dalam karung di tepi jalan depan rumah, yang nantinya disisir petugas sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di wilayah Takome.

Tetapi semua itu, menurut Ud Mahmud, warga di kota berpenduduk 100 ribu jiwa lebih ini masih saja membuang sampah di kali yang ada di dekat rumahnya, terutama sampah yang berukuran besar seperti bekas tebangan pohon atau perabot rumah tangga yang rusak.

Petugas kebersihan belum diprioritaskan untuk mengangkut sampah dalam kali, karena mereka lebih difokuskan mengangkut sampah dari TPS ke TPA yang jumlahnya mencapai ribuan ton per hari, yang sering tidak bisa diangkut keseluruhannya karena keterbatasan petugas dan armada.

Di Kota Ternate ada puluhan kali yang melintas di permukiman warga dan bermuara di pantai Ternate, yang kesemuanya merupakan kali mati artinya hanya berair saat turun hujan, selain itu juga ada ratusan drainase yang juga arahnya ke pantai Ternate yang sering pula menjadi sarana masuknya sampah ke perairan pantai Ternate.


Satgas Bersih Laut

Banyaknya sampah di perairan mendorong berbagai pihak di Ternate, termasuk sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup pemkot setempat untuk berpartisipasi menanganinya.

Dinas Permukiman Perumahan dan Pertanahan Ternate misalnya, membentuk Satgas Bersih Laut dengan tugas setiap pagi dan sore hari memungut sampah yang mengapung di perairan pantai Ternate, mulai dari Pantai Kalumata sampai Pantai Dufa-Dufa untuk dikumpulkan dan selanjutnya dibuang ke TPA Takome.

Menurut Kepala Dinas Permukiman Perumahan dan Pertanahan Ternate Rizal Marsaoly, Satgas Bersih Laut itu beranggotakan 25 personel dengan dukungan sarana berupa sebuah perahu motor, yang seluruh pembiayaannya, baik honor maupun dana operasionalnya dianggarkan dari bantuan pemerintah pusat.

OPD lingkup Pemkot Ternate yang juga berpartisipasi dalam penanganan sampah di perairan Ternate adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Ternate melalui Gerakan Bersih Pesisir dengan kegiatan utama berupa pembersihan sampah di pantai dan kawasan permukiman warga yang berada di sepajang pesisir pantai.

Gerakan Bersih Pesisir ini dalam pelaksanaannya melibatkan seluruh masyarakat dan berbagai elemen lainnya di daerah ini, selain itu juga merekrut sebanyak tujuh orang relawan di setiap kelurahan untuk mengawasi keberadaan sampah di wilayah setempat, terutama yang berpotensi masuk ke laut.

Wali Kota Ternate Burhan Abdurrahman juga memberi perhatian serius pada masalah kebersihan di daerahnya, terutama sampah yang berada di daratan maupun di perairan pantai Ternate, untuk itu Pemkot akan memprioritaskan penanganannya pada 2017.

Pemkot mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk penanganan kebersihan, selain itu juga mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai menjaga kebersihan lingkungan, karena kalau masyarakat sudah memiliki kesadaran maka dapat dipastikan di daerah ini besih dari sampah.

Pemkot Ternate juga akan mulai memberlakukan secara tegas peraturan daerah mengenai kebersihan, terutama penerapan sanksi denda Rp10.000.000 atau kurungan penjara tiga bulan bagi warga yang kedapatan membuang sampah secara sembarangan, guna memberi efek jera kepada masyarakat.

Salah seorang pemerhati lingkungan Muhammad Djafar menilai banyaknya sampah di perairan Ternate disebabkan karena infrastruktur mencegah sampah dari daratan masuk ke laut tidak disiapkan secara maksimal oleh Pemkot Ternate.

Semua kali dan drainase yang bermuara di Pantai Ternate seharusnya dilengkapi dengan sarana penahan sampah, berupa jaringan atau semacam pintu air sehingga sampah yang hanyut akan tertahan dan lebih mudah diangkat oleh petugas kebersihan, seperti yang banyak dipraktikan di kota-kota lainnya di Indonesia.

Selain itu, petugas sampah harus rutin mengangkut sampah dari TPS atau tempat-tempat penampungan sampah lainnya, karena salah satu alasan warga membuang sampah di kali adalah seringnya petugas sampah terlambat datang mengangkut sampah di tempat itu.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017