Ambon, 2/3 (Antara Maluku) - Gubernur Maluku Said Assagaff memotivasi para pemuda - mahasiswa Gereja Protestan Indonesia agar hidup mencerminkan kebhinekaan di Tanah Air.
"Kondisi Indonesia saat ini strategis bagi seluruh elemen bangsa agar hidup mencerminkan kebhinekaan," katanya saat memberikan materi bagi peserta Pertemuan Raya dan Perkemahan Nasional Pemuda - Mahasiswa Gereja Protestan di Indonesia dalam rangka HUT Gereja Protestan Indonesia (GPI) ke - 412 di bumi perkemahan Siwalima, Airlouw, kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Kamis.
Gubernur yang didampingi Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen TNI. Doni Monardo dan Kapolda Maluku, Brigjen Pol. Ilham Salahudin memandang perlu warga Indonesia, termasuk Maluku haruslah hidup dengan aman dan damai.
Bagi orang Maluku, fakta kebhinekaan sudah merupakan bagian dari identitas kebudayaan. Jadi, perspektif sejarah yakni daerah penghasil rempah - rempah, terutama cengkih, pala dan fuli sehingga daerah ini telah menjadi tempat perjumpaan berbagai peradaban dunia.
"Maluku menjadi wilayah perdagangan dan politik dunia oleh Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, Jepang, Arab, Cina dan India sehingga memiliki kekhasan kebudayaan," ujarnya.
Karena itu, Maluku memiliki masyarakat yang multikultural dengan lebih dari 100 subsuku da etnis, 117 bahasa serta enam agama resmi maupun suku.
"Bukti kemajemukan dan multikultur tersebut dilihat dari berbagai macam marga di daerah ini. Jadi ada marga dari penduduk pribumi maupun akulturasi dengan budaya luar yang tercermin dengan memiliki berbagai seni dan kebudayaan," kata Gubernur.
Apalagi, falsafah hidup orang Maluku yakni berbeda-beda tetapi tetap bersaudara dengan rasa memiliki cenderung tinggi.
"Bercerminlah dari petuah para leluhur ` ala rasa beta rasa - potong di kuku rasa di daging dan sagu salempeng dibagi dua. Filosofi maupun falsafah hidup para leluhur inilah yang mengikat motivasi sesama anak Maluku," katanya.
Dia merujuk, cerminan hidup persaudaraan itu dilihat dari partisipasi aktif antarumat beragama menyukseskan Tanwir Muhammadiyah di Ambon pada 24 - 26 Februari 2017, menyusul MTQ Nasional pada 2012 dan Pesparawi Nasional 2015.
"Terlihat anak - anak dati agama Kristen Protestan maupun Katholik yang tidak hanya terlibat dalam panitia Tanwir Muhammadiyah. Namun, terlibat dalam pentas kesenian maupun lainnya," tegas Gubernur Said.
Pertemuan Raya dan Perkemahan Nasional Pemuda - Mahasiswa Gereja Protestan di Indonesia dalam rangka HUT Gereja Protestan Indonesia (GPI) ke - 412 di bumi perkemahan Siwalima, Airlouw, kecamatan Nusaniwe, kota Ambon, dihadiri Menpora, Imam Nahrawi pada 28 Februari 2017.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Kondisi Indonesia saat ini strategis bagi seluruh elemen bangsa agar hidup mencerminkan kebhinekaan," katanya saat memberikan materi bagi peserta Pertemuan Raya dan Perkemahan Nasional Pemuda - Mahasiswa Gereja Protestan di Indonesia dalam rangka HUT Gereja Protestan Indonesia (GPI) ke - 412 di bumi perkemahan Siwalima, Airlouw, kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Kamis.
Gubernur yang didampingi Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen TNI. Doni Monardo dan Kapolda Maluku, Brigjen Pol. Ilham Salahudin memandang perlu warga Indonesia, termasuk Maluku haruslah hidup dengan aman dan damai.
Bagi orang Maluku, fakta kebhinekaan sudah merupakan bagian dari identitas kebudayaan. Jadi, perspektif sejarah yakni daerah penghasil rempah - rempah, terutama cengkih, pala dan fuli sehingga daerah ini telah menjadi tempat perjumpaan berbagai peradaban dunia.
"Maluku menjadi wilayah perdagangan dan politik dunia oleh Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, Jepang, Arab, Cina dan India sehingga memiliki kekhasan kebudayaan," ujarnya.
Karena itu, Maluku memiliki masyarakat yang multikultural dengan lebih dari 100 subsuku da etnis, 117 bahasa serta enam agama resmi maupun suku.
"Bukti kemajemukan dan multikultur tersebut dilihat dari berbagai macam marga di daerah ini. Jadi ada marga dari penduduk pribumi maupun akulturasi dengan budaya luar yang tercermin dengan memiliki berbagai seni dan kebudayaan," kata Gubernur.
Apalagi, falsafah hidup orang Maluku yakni berbeda-beda tetapi tetap bersaudara dengan rasa memiliki cenderung tinggi.
"Bercerminlah dari petuah para leluhur ` ala rasa beta rasa - potong di kuku rasa di daging dan sagu salempeng dibagi dua. Filosofi maupun falsafah hidup para leluhur inilah yang mengikat motivasi sesama anak Maluku," katanya.
Dia merujuk, cerminan hidup persaudaraan itu dilihat dari partisipasi aktif antarumat beragama menyukseskan Tanwir Muhammadiyah di Ambon pada 24 - 26 Februari 2017, menyusul MTQ Nasional pada 2012 dan Pesparawi Nasional 2015.
"Terlihat anak - anak dati agama Kristen Protestan maupun Katholik yang tidak hanya terlibat dalam panitia Tanwir Muhammadiyah. Namun, terlibat dalam pentas kesenian maupun lainnya," tegas Gubernur Said.
Pertemuan Raya dan Perkemahan Nasional Pemuda - Mahasiswa Gereja Protestan di Indonesia dalam rangka HUT Gereja Protestan Indonesia (GPI) ke - 412 di bumi perkemahan Siwalima, Airlouw, kecamatan Nusaniwe, kota Ambon, dihadiri Menpora, Imam Nahrawi pada 28 Februari 2017.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017