Ambon (ANTARA) - Yayasan Ina Ama yang berada di bawah Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) melakukan identifikasi kebutuhan warga Negeri Kariuw, Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, yang sementara mengungsi akibat konflik antarwarga pada 26 Januari 2022.
"Tim sedang melakukan identifikasi lapangan untuk mengetahui kebutuhan warga Kariuw pasca-konflik dan saat ini sementara ditampung di Negeri Aboru," kata Ketua Yayasan Ina Ama Piet Saimima di Ambon, Selasa.
Yayasan Ina Ama telah menurunkan 20 orang anggotanya untuk melakukan identifikasi di lapangan sejak Senin (31/1). Hasil identifikasi akan dijadikan acuan pengadaan bantuan tahap berikutnya bagi para pengungsi.
Bersamaan dengan tim tersebut juga disalurkan sejumlah bantuan untuk memenuhi kebutuhan warga yang sementara mengungsi di antaranya kebutuhan pokok, peralatan masak, pakaian layak pakai, terpal, tikar, termasuk tempat penampungan air bersih.
Menurut Piet, bantuan diserahkan langsung kepada Ketua Majelin Jemaat GPM Ebenhaizer Kariuw Pendeta Nel Hukom.
Yayasan Ina Ama GPM juga merencanakan kegiatan bakti sosial serta pengobatan bagi 330 kepala keluarga (KK) atau 1.370 jiwa warga Kariuw yang sementara mengungsi di Negeri Aboru.
"Jika dalam dua atau tiga pekan ke depan warga Kariuw sudah ditempatkan di tempat hunian sementara barulah bakti sosial dan pengobatan massal akan dilaksanakan," katanya.
Sedangkan Ketua Majelis Jemaat GPM Kariuw Pendeta Nel Hukom atas nama warga menyatakan ungkapan terima kasih yang mendalam atas uluran tangan yayasan, termasuk rencana bhakti sosial dan pengobatan massal yang sudah direncanakan.
"Beta (saya) mewakili warga Kariuw menyampaikan terima kasih uluran tangan dan bantuan bantuan yang diberikan Yayasan Ina Ama GPM kepada mereka," ujarPendeta Nel Hukom.
Dia menambahkan, saat ini 330 KK atau 1.370 jiwa warga Kariuw ditampung sementara di gedung gereja maupun rumah-rumah warga Negeri Aboru, 150 orang di antaranya merupakan balita dan anak serta 250 lainnya adalah lansia.