Ambon, 2/6 (Antara Maluku) - Belasan orang gelandangan dan pengemis (Gepeng) terjaring razia yang dilakukan oleh petugas Dinas Sosial (Dinsos) Kota Ambon bersama Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Jumat.

Belasan Gepeng terjaring petugas di empat lokasi yakni kawasan jJl.A.Y Patty, Sam Ratulangi, kawasan pantai Mardika dan Jl. Sultan Baabulah atau kawasan Masjid Raya Al Fatah Ambon.

Petugas gabungan setelah melakukan apel siaga di balai kota melanjutkan razia di empat titik untuk menjaring Gepeng yang beraktifitas di kota Ambon.

Razia dimulai dari pusat perbelanjaan Ambon Plaza (Amplaz) petugas menjaring tiga orang Gepeng yang sedang melakukan aktifitas. Tanpa perlawanan Gepeng yang juga penyandang disabilitas dijaring petugas gabungan, selanjutnya razia dilanjutkan ke kawasan pantai Mardika.

Razia dilanjutkan di kawasan Masjid Raya Al Fatah, karena saat pelaksanaan ibadah puasa banyak Gepeng yang beraktifitas di daerah tersebut.

Petugas menjaring sebanyak 10 Gepeng yang sedang melakukan kegiatan meminta-minta dari jamaah yang akan melakukan ibadah shalat Jumat.

Setelah dijaring petugas belasan gepeng kemudian dibawa ke kantor Dinas Sosial kota Ambon untuk diberikan pembinaan dan pendampingan oleh pekerja sosial dan rohaniawan.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Ambon, Fransin Manuputty menyatakan, razia Gepeng merupakan kegiatan rutin menjelang hari besar keagamaan yakni saat Ramadhan dan Idul Fitri 1438 Hijriah.

"Pelaksanaan ibadah puasa cukup banyak Gepeng yang beraktifitas di pusat kota Ambon. Jadi, kita berupaya melakukan penertiban agar kota ini bersih dari Gepeng," katanya.

Dijelaskannya, razia gepeng, Pekerja Seks Komersil (PSK) dan anak jalanan rutin dilaksanakan empat kali setahun sebagai upaya untuk menertibkan dan menata kota Ambon yang bebas dari penyakit sosial.

"Harus diakui razia dilakukan rutin. Hanya saja, bisa menjaring karena untuk menampung guna memberikan pembinaan dan pendampingan agar mereka tidak kembali lagi ke jalanan terhambat gedung ," ujarnya.

Fransin mengemukakan, upaya lain yang telah dilakukan yakni mengembalikan Gepeng ke daerah asal, karena 90 persen mereka yang beraktifitas berasal dari Sulawesi Tenggara (Sultra).

"Alternatif terakhir yang dilakukan adalah mengembalikan mereka ke daerah asal menggunakan kapal laut. Hanya saja, mereka kembali dengan membawa sanak keluarga untuk mencari nafkah di kota Ambon," tandasnya. 

Pewarta: Penina Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017