Ternate, 18/10 (Antara Maluku) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara diminta segera membangun jembatan darurat di sungai yang menghubungkan wilayah Jikotamo dengan Kampong Buton di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, menyusul ambruknya jembatan di daerah itu.
"Akibat ambruknya jembatan yang menghubungka kedua wilayah tersebut pada Selasa (17/10), kini warga terpaksa menggunakan rakit untuk menyeberang, walaupun sangat berbahaya karena arus sungai cukup deras," kata Anggota DPRD Halmahera Selatan, Arsyad Sadik Sangadji ketika dihubungi dari Ternate, Rabu.
Jembatan yang ambruk itu merupakan satu-satunya akses dari wilayah Jikotamo ke Kampong Buton dan sejumlah desa di sekitarnya, sehingga langkah yang paling tepat untuk membantu kelancaran akses warga ke kedua wilayah itu adalah membangun jembatan darurat, sambil menunggu pembangunan jembatan yang permanen.
Menurut Arsyad, pembangunan jembatan darurat di lokasi jembatan yang ambruk tersebut, selain menggunakan dana APBD, juga bisa mengupayakan dari sejumlah perusahaan tambang nikel yang ada di Pulau Obi.
Walaupun jembatan ambruk tersebut merupakan kewenangan Pemprov Malut, Pemkab Halmahera Selatan juga tidak boleh hanya berdiam diri, karena bagaimana pun warga yang terkena dampak dari ambruknya jembatan adalah bagian dari warga Kabupaten Halmahera Selatan.
Sebelumnya salah seorang warga Jikotamo Pulau Obi, Budi menjelaskan bahwa ambruknya jembatan sepanjang 50 meter pada Selasa siang itu diduga karena derasnya arus sungai menyusul hujan deras yang mengguyur daerah itu.
Kondisi jembatan itu sudah retak sejak dihantam banjir bandang pada 2016 silam, yang sejak saat itu hanya bisa dilewati orang yang berjalan kaki, namun banyak pula pengendara sepeda motor yang memaksakan diri melewatinya, karena tidak ada jembatan alternatif.
"Saat jembatan tersebut ambruk kebutulan ada tiga pelajar SMP yang melintas di atasnya menggunakan dua sepeda motor, sehingga mereka tercebur ke dalam sungai, namun semuanya berhasil menyelamatkan diri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Akibat ambruknya jembatan yang menghubungka kedua wilayah tersebut pada Selasa (17/10), kini warga terpaksa menggunakan rakit untuk menyeberang, walaupun sangat berbahaya karena arus sungai cukup deras," kata Anggota DPRD Halmahera Selatan, Arsyad Sadik Sangadji ketika dihubungi dari Ternate, Rabu.
Jembatan yang ambruk itu merupakan satu-satunya akses dari wilayah Jikotamo ke Kampong Buton dan sejumlah desa di sekitarnya, sehingga langkah yang paling tepat untuk membantu kelancaran akses warga ke kedua wilayah itu adalah membangun jembatan darurat, sambil menunggu pembangunan jembatan yang permanen.
Menurut Arsyad, pembangunan jembatan darurat di lokasi jembatan yang ambruk tersebut, selain menggunakan dana APBD, juga bisa mengupayakan dari sejumlah perusahaan tambang nikel yang ada di Pulau Obi.
Walaupun jembatan ambruk tersebut merupakan kewenangan Pemprov Malut, Pemkab Halmahera Selatan juga tidak boleh hanya berdiam diri, karena bagaimana pun warga yang terkena dampak dari ambruknya jembatan adalah bagian dari warga Kabupaten Halmahera Selatan.
Sebelumnya salah seorang warga Jikotamo Pulau Obi, Budi menjelaskan bahwa ambruknya jembatan sepanjang 50 meter pada Selasa siang itu diduga karena derasnya arus sungai menyusul hujan deras yang mengguyur daerah itu.
Kondisi jembatan itu sudah retak sejak dihantam banjir bandang pada 2016 silam, yang sejak saat itu hanya bisa dilewati orang yang berjalan kaki, namun banyak pula pengendara sepeda motor yang memaksakan diri melewatinya, karena tidak ada jembatan alternatif.
"Saat jembatan tersebut ambruk kebutulan ada tiga pelajar SMP yang melintas di atasnya menggunakan dua sepeda motor, sehingga mereka tercebur ke dalam sungai, namun semuanya berhasil menyelamatkan diri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017