Ternate (ANTARA) - Sejumlah personel TNI-Polri bersama aparat desa memperbaiki jembatan penghubung antara Desa Modapuhi dan Desa Saniahaya, Kabupaten Kepulauan Sula yang masuk kawasan Tertinggal, Terpencil dan Terluar (3T) di Provinsi Maluku Utara.
"Kegiatan ini merupakan wujud gotong royong dan kepedulian terhadap infrastruktur desa yang sangat diperlukan oleh masyarakat setempat untuk mobilitas dan kegiatan sehari-hari terutama di kawasan 3T," kata Kabid Humas Polda Maluku Utara (Malut) Kombes Pol. Bambang Suharyono di Ternate, Jumat.
Kegiatan kerja bakti di Kawasan 3T merupakan inisiatif bersama antara pihak kepolisian, TNI, dan masyarakat desa untuk memperbaiki jembatan yang mengalami kerusakan.
"Tentunya kegiatan ini sebagai upaya mempererat hubungan antara aparat keamanan dan masyarakat dengan harapan melalui kegiatan ini, komunikasi dan kerja sama dapat terus meningkat," ujarnya.
Kabid Humas menambahkan bahwa perbaikan jembatan ini sangat penting karena jembatan tersebut merupakan akses utama yang menghubungkan dua desa. Dengan adanya perbaikan, kelancaran transportasi dan perekonomian masyarakat akan terjaga dengan baik.
"Kami berharap dengan perbaikan ini, aktivitas warga dapat kembali normal dan masyarakat dapat menggunakan jembatan dengan aman," ujarnya.
Sementara itu, warga kawasan 3T lainnya di Pulau Makian, Kabupaten Halmahera Selatan, akhirnya bisa menikmati akses jembatan penghubung antardesa, khususnya di wilayah Kecamatan Makian Barat, setelah selama 23 tahun putus akibat terseret banjir.
Salah seorang warga Desa Tagono, Kecamatan Makian Barat, Taher saat dihubungi terpisah mengatakan selama ini saat melakukan perjalanan antardesa, kami kesulitan apalagi jika membawa barang bawaan, karena tidak ada akses jembatan penghubung dan harus menunggu waktu saat air laut surut baru bisa bepergian dengan memanfaatkan jalan di tepi pantai.
Pulau Makian salah satu pulau terluar di Kabupaten Halmahera Selatan yang masuk dalam daerah kawasan 3T di Provinsi Malut.
Dia mengatakan akses jembatan yang menghubungkan dari Desa Tagono ke Desa Mateketen serta beberapa desa lain di wilayah Kecamatan Makian Barat itu, pernah dibangun oleh warga setempat secara gotong royong, menggunakan pohon kelapa pada tahun 2000, namun jembatan tersebut ambruk dan terbawa arus banjir.
"Setelah dibawa banjir, warga sempat membangun kembali dengan menggunakan bahan material yang sama, tetapi jembatan yang membentang di kali sepanjang 37 meter itu, rusak dengan kejadian yang sama," kata Taher.