Ternate, 1/9 (Antaranews Maluku) - PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Feri Indonesia diminta mengoperasikan kapal feri baru di wilayah Maluku Utara (Malut), mengingat perairan di daerah ini sering dilanda gelombang tinggi.

"Tenggelamnya KMP Bandeng pada pertengahan Agustus lalu harus menjadi pertimbangan bagi PT ASDP Feri Indonesia untuk tidak lagi mengoperasikan kapal berusia tua di Malut," kata salah seorang pemerhati transportasi laut di Malut, M Amirudin di Ternate, Sabtu.

KMP Bandeng yang telah berusia 28 tahun tenggelam dalam pelayaran dari Tobelo, Halmahera Utara menuju Bitung, Sulawesi Utara setelah dihantam gelombang tinggi, mengakibatkan dua awak kapal itu meninggal dunia dan satu orang hilang, sementara 46 orang lainnya yang terdiri awak dan penumpang selamat.

Menurut dia, Malut merupakan provinsi kepulauan sangat membutuhkan sarana transportasi laut yang memadai dan aman untuk mendukung kelancaran mobilitas masyarakat, termasuk distribusi barang.

Keberadaan kapal feri milik ASDP di Malut selama ini sangat membantu melancarkan pengangkutan penumpang dan barang baik antar-pulau di wilayah Malut maupun dengan provinsi lain, terutama Sulawesi Utara.

Tetapi sayangnya, kata M Amiruddin, kapal feri yang digunakan ASDP untuk melayani berbagai rute di Malut disinyalir sebagian telah berusia tua di antaranya KMP Bandeng, sehingga rawan mengalami kecelakaan terutama saat musim gelombang tinggi.

Kalau pun kapal feri yang telah berusia tua itu tetap dipertahankan karena pertimbangan keterbatasan armada yang dimiliki ASDP maka selain harus memperhatikan faktor perawatannya, juga sebaiknya hanya dioperasikan untuk jalur dekat.

Ia juga mengimbau kepada Pemprov Malut dan pemerintah kabupaten/kota untuk mengupayakan pengadaan kapal feri melalui APBD untuk kemudian diserahkan pengoperasian kepada ASDP guna memenuhi kebutuhan transportasi laut yang layak dan aman bagi masyarakat.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018