Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar serta Konsulat Jenderal Australia di Makassar, melepas perahu Padewakang dalam ekspedisi pelayarannya menuju ke Australia. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka Napak Tilas Sejarah Kemaritiman Indonesia.

Perahu Padewakang adalah salah satu perahu tradisional berusia lebih dari 300 tahun atau pada abad 3-4 dan telah direplika. Perahu ini melakukan misi pelayaran dengan rute dari kabupaten Bulukumba-Makassar-Larantuka-Saumlaki-Darwin. Kapal Layar Padewakang bernama Kapal Layar Nur Al Maregeh yang dinakhodai oleh Anton Daeng Tompo.

Pelepasan Ekspedisi Padewakang sebelum melanjutkan pelayarannya ke Darwin, dilaksanakan di Sumlaki, ibu kota Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, Kamis.

"Empat puluh delapan hari perjalanan kami dari Bulukumba sampai ke Saumlaki, dan kami targetkan perjalanan ke Australia selama tiga sampai empat hari" kata Horst Liebner, peneliti, sejarahwan yang juga ketua rombongan.

Horst Liebener bercerita, kapal Padewakang dalam pelayarannya hingga ke Saumlaki, sempat mengalami berbagai kendala karena kapal ini sangat tradisional dan tidak menggunakan alat bantu moderen seperti mesin dan sebagainya. Sejumlah kendala yang dihadapi adalah tiga buah kemudi yang patah dan layar yang sobek karena diterpa angin kencang.

"Kami berangkat membawa merah putih dan persahabatan ke Australia. Persahabatan yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun. Orang Makasaar semenjak 300 tahun lalu, berlayar ke Australia mencari teripang. Kami membawa sejumlah barang yang pernah menjadi sajian bagi orang Australia utara seperti garam, parang dan tembikar"katanya.

Sam Upritchard, Wakil Konsulat Jenderal Australia di Makassar dalam sambutannya menyatakan, kegiatan ini merupakan hal terpenting bagi masyarakat Australia karena akan sangat membantu mengingatkan mereka tentang hubungan yang cukup lama diantara orang Indonesia dan Australia.

"Kami berharap perjalanan ini akan mempererat hubungan antara Australia dan Indonesia. Hubungan antara Indonesia dengan suku Aborigin ini sudah berlangsung ratusan tahun. Ada kesamaan kata di Australia utara dan Makassar"tuturnya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Piterson Rangkoratat dalam sambutannya mengapresiasi ekspedisi perahu Padewakang ini. Sekda juga bercerita tentang kehidupan masyarakat di kabupaten Kepulauan Tanimbar yang berada diwilayah kepulauan dan sudah menjalin persahabatan dengan masyarakat Australia semenjak beberapa tahun lalu yakni melalui sail Darwin -Saumlaki.

Tanimbar ini adalah masyarakat beradat, dan juga sejak dulu dikenal sebagai pelaut yang handal. Benda-benda adat milik masyarakat Tanimbar seperti gading gajah juga emas yang secara real itu tidak ada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar tapi diperoleh dengan cara barter saat berlayar keliling nusantara.

Melalui Ekspedisi Padewakang ini, Sekda Piterson menyampaikan bahwa momen ini mengingatkan seluruh masyarakat, tentang budaya nenek moyang pelaut Indonesia yang sejak dulu kala telah berlayar bukan hanya di nusantara tapi juga sampai di mancanegara.

"Seluruh kru Padewakang ini, mereka memiliki misi dan peran yang begitu historis bagi negara dan bangsa kita. Karena mereka tentu kesana membawa merah putih, tapi juga persahabatan antara Indonesia dengan Australia menjadi bagian yang penting dan sekaligus menjadi misi utama kita yaitu membangun hubungan kerja sama yang baik," tutupnya.

Pelaksana tugas Deputi Sumber Daya Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Safri Burhanuddin menyatakan tahun ini diperingati 250 tahun James Cock ke Australia.

"Dengan Napak tilas perahu Padewakang ini akan mengingatkan masyarakat Australia bahwa jauh jauh sebelum James Cook dari Inggris ke Australia, orang Makassar sudah lebih dulu ke Australia, dengan tujuan mencari teripang" katanya.

Kapal Padewakang ini adalah salah satu kapal tradisional yang kemudian berkembang sebagai asal muasal kapal pinisi, tidak ada alat modern kecuali handphone atau telepon genggam. Mereka menggunakan listrik dari solar sel khusus untuk mengisi baterai, memakai lampu teplok dan tembikar untuk keperluan sehari-hari.

Kegiatan ini menurutnya sudah direncanakan sejak tahun lalu dalam rangka memperkuat budaya maritim dan persahabatan dengan Australia.

Tentang Saumlaki dijadikan sebagai lokasi pelepasan kapal Padewakang, Safri memastikan bahwa langkah ini dilakukan untuk turut mengeksplore potensi kemaritiman yang dimiliki oleh kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Sesuai pantauan, kegiatan pelepasan kapal Padewakang ini dihadiri juga oleh pimpinan TNI-Polri di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Pimpinan OPD, pimpinan instansi vertikal di daerah dan tokoh agama.

Kegiatan diakhiri dengan pemberian cinderamata, foto bersama serta peninjauan kapal.

Kegiatan Napak Tilas ini didukung oleh Yayasan Abu Hanifa yang berada di Australia, Pemerintah Australia serta Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Marves untuk memperkuat kembali hubungan persaudaraan antara Suku Bugis Makassar dengan Suku Aborigin Australia.

Hal ini dibuktikan bahwa kapal ini membawa kembali perlengkapan asli sehari-hari seperti tembikar, garam, parang yang merupakan alat tukar seperti yang biasa dilakukan pada abad ke-16 dan ke-17.

Pewarta: Simon Lolonlun

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020