Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Ekspedisi Keanekaragaman Hayati South Java Deep-Sea (SJADES) menemukan 27 spesies baru diantaranya seperti ikan, kepiting, bintang laut, kerang dan cacing laut.
"Kami berhasil menemukan satu genus baru, 27 spesies baru dan lebih dari 260 rekor baru untuk Indonesia," kata peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN Prof Dwi Listyo Rahayu dalam keterangan di Jakarta, pekan lalu.
Lebih dari 12.000 spesimen dari 8.000 spesies berhasil dikumpulkan dalam ekspedisi itu, yang terdiri dari 1.000 spesies ikan, 940 spesies udang, 450 spesies kepiting, 430 spesies squat lobster, 3.600 spesies kerang, 3.200 spesies bintang laut dan bulu babi, 900 spesies cacing laut, serta 700 spesies hermit crabs.
SJADES merupakan ekspedisi gabungan antara Indonesia dan Singapura yang dipimpin oleh Prof Dwi Listyo Rahayu dan peneliti dari National University of Singapore (NUS) Peter Ng. Mereka didukung oleh tim peneliti dan staf pendukung dari kedua negara.
Baca juga: 31 satwa dilindungi korban perdagangan ilegal mati, ada yang dari Maluku
Ekspedisi yang mengumpulkan sampel biologis total dari 63 stasiun di kedalaman melebihi 2.000 meter itu, hingga saat ini dilaporkan telah menghasilkan 36 makalah teknis yang sudah diterbitkan.
Ekspedisi tersebut telah dilakukan pada kurun 23 Maret hingga 5 April 2018 di perairan dalam Selat Sunda dan Barat Daya Jawa.
Menurut Dwi, pemilihan Jawa barat daya sebagai lokasi ekspedisi akan membantu memperbaiki bias pengambilan sampel historis di timur Garis Weber, dan menghasilkan baseline informasi keanekaragaman hayati untuk perairan yang lebih dalam di lepas pantai barat daya Jawa.
Baca juga: 11 buaya terlantar di tempat penangkaran terpaksa dievakuasi, begini penjelasannya
"Hal ini penting tidak hanya untuk ilmu kelautan secara umum, pengetahuan kita tentang laut dalam, tetapi juga untuk memahami keanekaragaman hayati perairan dalam di selatan Jawa, dan Indonesia, serta memungkinkan negara untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sana dengan lebih optimal," ujar Dwi.
Ekspedisi SJADES melibatkan 31 peneliti dan staf pendukung dari Indonesia dan Singapura termasuk di dalamnya empat ilmuwan dari Perancis dan Taiwan yang diundang secara khusus untuk bergabung dalam ekspedisi. Mereka adalah Prof Bertrand Richer de Forges, Prof Chan Tin-Yam, Dr Lin Chia-Wei, dan Dr Yang Chien-Hui.
Prof Richer de Forges telah memimpin puluhan kapal pesiar dan berpartisipasi dalam ratusan ekspedisi laut dalam selama 40 tahun terakhir di seluruh Indo-Pasifik. Pengalaman serta keahliannya sangat berguna selama pelayaran.
Baca juga: Ular piton sepanjang 9 meter berusia 30 tahun dilepasliarkan, begini penampakannya
Sedangkan Prof Chan dan timnya telah menjadi bagian dari banyak ekspedisi Prancis selama satu dekade terakhir.
Prof Chan juga merupakan salah satu ahli biologi utama Taiwan untuk program laut dalam.
Dalam ekspedisi tersebut, Indonesia melibatkan satu orang ahli geologi untuk membantu pemetaan, serta satu perwakilan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut untuk mendukung keamanan selama Ekspedisi berlangsung.
Hasil ekspedisi SJADES telah dipublikasikan dalam Journal Raffles Bulletin of Zoology Supplement No. 36 yang terbit pada 6 Agustus 2021.
Baca juga: Tim Rescue "buru" gajah liar yang sakit, begini penjelasannya
Jurnal itu dapat diakses melalui tautan https://lkcnhm.nus.edu.sg/publications/raffles-bulletin-of-zoology/supplements/supplement-no-36/.
Pada 2021, dirilis publikasi untuk Annelida (Polychaeta) (1 taxon)–cacing; Mollusca (Bivalvia) (1 taxon)-kerang; Crustacea (Isopoda) (1 taxon) kecoak laut; Crustasea-Kelomang (2 taxa); Crustacea-kepiting (8 taxa); dan Crustacea (Tanaidacea) (3 taxa) krustasea.
Sebelumnya di pada 2019-2020 publikasi yang terbit terkait Pisces (2 taxa)-ikan; Echinodermata (Asteroidea) (2 taxa) - bintang Laut; udang/lobster; Crustacea (Isopoda) (1 taxa) Kecoak laut; dan kepiting.
Baca juga: Ikan kodok Maluku daya tarik pariwisata Ambon butuh perhatian khusus, lestarikan lingkungan