Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate, Maluku Utara (Malut) intensif memantau ketersediaan masker di apotik Ternate, menyusul tingginya permintaan masyarakat akibat mawabahnya virus corona.

Wakil Wali Kota Ternate Abdullah Taher di Ternate, Minggu, menyatakan, mahalnya harga masker berbagai daerah kabupaten/kota di Malut, menyusul tingginya animo warga untuk membeli guna mengantisipasi adanya virus wabah corona covid-19.

Pihaknya telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) di berbagai apotek dan ada kenaikan harga dari Rp2.000 menjadi Rp 5000 per masker, karena stok yang diambil dari luar daerah satu dos mencapai Rp 200 ribu, bahkan masker di sebagian apotek kosong.

Namun, masker yang dipakai bukan masker virus corona melainkan masker pencegahan, karena masker tersebut hanya tersedia di rumah sakit rujukan seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RUSD) Chasan Boesoirie yang diambil langsung dari kementerian kesehatan RI.

Sehingga, dengan kondisi masker yang kekurangan, kata Wawali, Sidak yang dilakukan dengan tujuan melihat langsung penjualan maupun persediaan masker di setiap apotek yang ada di Kota Ternate. 

Sebab, informasi yang didapatkan ada "permainan" harga masker, tetapi ketika ditinjau ke apotek Setia Farma dijual dengan harga Rp 2000. Itupun dijual perorang hanya dua masker tidak melebihi dari itu. 

Sedangkan di Apotek lainnya terjadi kenaikan harga dari Rp 2000 ke Rp 5000, dan sebagian Apotek masker kosong. Hal ini disebabkan, stok yang dibeli dari luar daerah satu dos mencapai Rp 200 Ribu. 

Wawali mengaku, stok yang habis ini juga disebabkan pembeli memborong masker untuk dijual kembali dengan harga tinggi. Karena itu,  kepada pemilik apotik agar bagi siapa yang membeli masker dengan jumlah banyak jangan dilayani, begitu juga dengan pemilik apotek jangan bermain harga masker, jika kedepatan maka apotek tersebut akan ditutup dan izinnya dicabut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate, Nurbaity Radjabessy menyatakan, masker yang ada di gudang penyimpanan obat tinggal 30.000 pcs masker dan ketika dilakukan pesanan kembali di pusat terjadi kekosongan, sehingga ketersediaan masker di gudang untuk dipersiapkan ketika keadaan yang emergensi.

Kadinkes mengaku, masker yang dipakai setiap hari bukan masker virus corona melainkan masker pencegahan virus tersebut, karena masker itu hanya ada di rumah sakit rujukan semisal di Rumah Sakit Umum Daerah (RUSD) Chasan Boesoerie, sebab masker virus corona diambil dari Kemenetrian Kesehatan RI. 

"Saya berharap masyarakat jangan dulu panik karena langka pencegahan terus dilakukan oleh Dinkes, dan kami akan terus melakukan komunikasi dengan pihak rumah sakit, Dinas Kesehatan Provins maupun pusat," ujarnya.

 

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020