Gerakan Pemuda (GP) Ansor Maluku mengimbau warga di Kota Ambon dan Maluku pada umumnya, untuk waspada dan tidak terprovokasi dengan isu menyesatkan yang diedarkan oknum-oknum tidak bertanggung jawab melalui pesan singkat (SMS) dengan maksud menciptakan konflik sosial baru di daerah itu. "Kami mengimbau seluruh masyarakat Maluku dan khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU) untuk tidak mempercayai isu menyesatkan yang sengaja disebarkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab," kata Ketua GP Ansor Maluku Muhlis Fataruba, di Ambon, Rabu. Dia menegaskan, beredarya SMS menyesatkan dan bernada provokasi masyarakat itu merupakan tindakan tidak bermoral dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang menginginkan konflik sosial paa 1999 lalu terulang kembali. Masyarakat diminta untuk menjaga dan membina hubungan kekerabatan dengan sesama sebagai bagian dari pola hidup orang basudara yang telah berkembang sejak jaman leluhur yang tercermin dalam bingkai budaya Pela dan Gandong. Dia mengemukakan SMS bernada provokatif seperti itu banyak beredar saat konflik sosial pada 1999 dengan maksud menyulut emosional masyarakat emosional dan menjadi sensitif karena berkaitan dengan SARA. SMS yang beredar antara lain berisi bakal terjadi konflik baru dengan sasaran di Pasar Mardika pada 26 November 2010, warga Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau (mayoritas beragama Islam) blokir jalan di Desa Passo, Kecamatan Baguala (mayoritas penduduknya Kristen) menyimpan amunisi) dan warga Kariuw, Pulau Haruku (Maluku Tengah) yang mayoritas beragama Kristen hendak diserang warga desa tetangga yang beragama Islam. Masyarakat juga diminta untuk melaporkan kepada aparat keamanan di pos-pos terdekat jika memperoleh SMS menyesatkan seperti itu, di samping mengkarifikasikannya kepada semua orang bahwa semua wilayah Maluku aman dan tidak akan terjadi konflik baru. Masyarakat juga diminta bersatu padu dengan pemerintah untuk membangun daerah ini menjadi lebih baik dan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. "Klarifikasi dan ceritakan kepada semua orang bahwa masyarakat Maluku cinta damai dan kita semua orang basudara, tanpa memandang suku, agama, ras dan antargolongan," ujar Fataruba. Sedangkan para pimpinan agama di Maluku mengeluarkan lima butir pernyataan dalam menyikapi maraknya isu menyesatkan dengan maksud mempengaruhi situasi dan kondisi keamanan, ketertiban masyarakat dan kerukunan umat beragama. Lima butir pernyataan tersebut antara lain meminta semua lapisan masyarakat dan umat beragama di Kota Ambon dan sekitarnya untuk tidak terprovokasi isu-isu yang berkembang dan sifatnya mengganggu stabilitas keamanan, ketertiban, dan kerukunan umat beragama yang telah terpelihara selama ini. Seluruh lapisan masyarakat dan umat beragama diminta lebih kritis dan selektif dengan cara mengkomunikasikan kepada aparat keamanan dan pemerintah daerah setempat serta tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat. Melaporkan setiap peristiwa atau kejadian yang diduga dapat berpotensi konflik antarmasyarakat dan perpecahan antarumat beragama, di lingkungannya kepada aparat keamanan dan pemerintah daerah, tokoh agama dan pemuka masyarakat agar dapat diselesaikan secara cepat dan tuntas. Masyarakat dan umat beragama juga diimbau untuk tetap menjaga stabilitas keamanan, ketertiban dan kerukunan umat beragama di lingkungan masing-masing serta menghubungi pihak-pihak berkompeten jika mendengar adanya isu provokatif dan peristiwa yang sifatnya berpotensi konflik dan menimbulkan perpecahan terhadap kerukunan antar umat beragama. Kapolda Maluku, Brigjen Pol Syarief Gunawan secara terpisah menegaskan, pihaknya serius menyikapi peredaran isu provokatif melalui SMS sehingga tidak berdampak menimbulkan konflik baru di Maluku. "Kita serius menyikapi maraknya isu seperti ini sebab kalau terjadi seperti 10 tahun lalu, maka kita semua yang akan rugi sendiri," katanya. Kapolda juga menegaskan jika para penyebar SMS itu diketahui, maka akan ditindak tegas sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, karena tindakan mereka telah menimbulkan keresahan di masyarakat.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010